Harga yang murah dengan kualitas yang hampir serupa dengan produk kelas satu membuat para pelaku industri memilih crane buatan China dibandingkan buatan dalam negeri. Padahal kualitas crane buatan Indonesia lebih unggul dibandingkan crane buatan negara lain dengan harga yang kompetitif.
PT Barata (Persero) sebagai salah satu BUMN yang memproduksi alat berat di Indonesia perlahan memperluas segmen bisnisnya dengan menggandeng BUMN pelabuhan seperti Pelindo II dan Pelindo III untuk menyediakan crane sebagai kebutuhan bongkar muat container. Sinergi antar BUMN dilakukan untuk membuat alat berat buatan Indonesia mampu menjadi juara di negerinya sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Silmy, potensi pasar alat berat di Indonesia sangat besar dibandingkan negara-negara lain. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah mempermudah akses logistik untuk menekan harga barang.
"Kemudian kita juga ingin membangun kemampuan sendiri untuk crane. Eropa itu sudah tidak ada lagi pembangunan crane karena mereka logistic support-nya sudah jadi. Pasar yang paling besar itu di Indonesia saat ini. Wilayah kemudian ekonominya sedang bangun logistic support dan seterusnya," ujar Silmy.
Namun, untuk menjadi produsen alat berat di Indonesia bukan berarti berjalan mulus. Serbuan impor alat berat dari China ke beberapa negara menjadi ancaman serius bagi industri alat berat di Indonesia. Dengan kapasitas produksi yang besar, China mampu menjual alat berat buatannya ke berbagai negara dengan harga yang relatif lebih murah.
"Sekarang itu banyak sekali crane-crane dari China. Mereka juga karena punya kapasitas berlebih akhirnya juga karena support harga steel (baja) mereka yang rendah, itu menjual crane ke Indonesia. Nah, itu pesaing kita," tutur Silmy.
Padahal kalau dilihat dari segi kualitas, crane dan alat berat lainnya buatan Indonesia tidak kalah bagus dengan buatan luar negeri. Pemerintah juga harus membantu alat berat buatan Indonesia bisa memiliki daya saing di negerinya sendiri.
"Kalau kualitas kan kita bisa lakukan engineering untuk yang terbaik. Kan itu terdiri dari komponen-komponen. Kalau komponen dari China ya tentu harganya jadi murah, tapi kalau spesifikasinya tinggi tentunya harganya juga tidak bisa murah. Nah ini kan cara-cara seperti ini yang perlu dipahami bahwa akhirnya harga itu jangan jadi dasar, yang jadi dasar adalah kemampuan nasional. Kita pasti bisa kok, buat pesawat bisa, masa bikin crane nggak bisa," jelas Silmy. (drk/drk)