Salah satu wilayah terbesar yang termasuk ke dalam Koridor ini adalah Lippo Cikarang, yang menjadi jantung dari Koridor Timur Jakarta dengan jumlah populasi saat ini mencapai 46.200 penduduk, 14 000 rumah tinggal, 820 industri, dengan 400 ribu pekerja harian. Dari data tersebut, ditenggarai ada 1 juta pergerakan yang terjadi di wilayah ini setiap harinya.
Hal ini membuat penyediaan transportasi tidak dapat hanya dilakukan dengan angkutan umum yang berbasis jalan saja. Diperlukan suatu moda transportasi yang terintegrasi, baik yang berbasis rel maupun jalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jakarta tidak bisa berdiri sendiri. Dia harus bekerjasama dengan wilayah-wilayah sekitarnya. Sementara itu kita tahu selama ini, penyediaan transportasi dilakukan sendiri-sendiri sehingga tidak terjadi suatu integrasi yang baik," ujar Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit dalam acara diskusi di Marketing Gallery Kemang Village, Jakarta Selatan, Selasa (13/9/2016).
Seperti diketahui, moda transportasi masa depan di Koridor Timur Jakarta ini akan menghubungkan tujuh kawasan industri di Bekasi. Adanya pengembangan berbagai proyek infrastruktur tersebut dengan sendirinya akan menambah aksesibilitas dan menuju dan dari Koridor Timur Jakarta.
Untuk itu, pemerintah saat ini juga tengah mengupayakan suatu sistem transportasi otomatis yang terintegrasi, melalui sistem Automatic People Mover (APM) maupun Automatic Gateway Transportation (AGT).
"Target kami adalah bagaimana melakukan percepatan untuk mewujudkan transportasi yang terintegrasi ini. Setelah ini kita akan mencoba pembagian tugas antara pemerintah dan swasta untuk mendorong percepatan perwujudan tadi," ujar Direktur Badan Pengelola Transportasi Jakarta (BPTJ), Suharto yang juga hadir pada acara dan lokasi yang sama. (dna/dna)











































