Manajemen menghitung, ada beban biaya pengiriman yang tetap harus ditanggung perusahaan bila melakukan ekspor.
"Perlu diketahui kalau kami kirim ke Vietnam sudah pasti kami akan kena ongkos pengiriman. Dan itu persentasenya hari ini agak lumayan signifikan," kata Direktur Utama KRAS Sukandar di sela menghadiri acara HUT ke 25 PT Kepuh Kencana Arum di Hotel Shangrila Surabaya, Kamis (15/9/2016) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tetap utamakan domestik market, memenuhi kebutuhan bahan baku untuk perusahaan perusahaan lokal seperti PT Kepuh Kencana Arum. Kebutuhan lokal sekitar 97-98% untuk domestik market. Jadi kecil sekali ekspor. Kami adalah domestic player," jelasnya.
Alasan lain mengapa perusahaan masih bertahan menyasar pasar domestik lantaran perkembangan industri baja di Indonesia jauh lebih baik. Pihaknya juga senang ekspansi yang dialakukan pabrik baja domestik seperti Sunrise Steel, Kepuh Kencana Arum (industri baja ringan).
"Kami juga membangun pabrik baru di Cilegon. Bersama industri yang lain, kita akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Selama ekonominya tumbuh, maka permintaan baja lebih meningkat. Lebih lebih demand untuk atap, baja ringan, untuk konstruksi rumah yang sebagian pengganti kayu, yang sekarang mulai berkurang," tandasnya.
Sekedar informasi, Melalui perwakilannnya di World Trade Organization (WTO), Pemerintah Vietnam mengumumkan keputusan akhir penyelidikan safeguard atas produk impor baja jenis certain semi-finished dan finished products of alloy dan non-alloy steel ke Vietnam.
Hasilnya, Indonesia dikecualikan dari pengenaan bea masuk safeguard sebesar 23,3% seperti tertuang dalam pasal 9.1 Agreement on Safeguard.
Dengan adanya keputusan ini, kesempatan bagi eksportir baja nasional untuk menggarap pasar ekspor baja jenis certain semi-finished dan finished products of alloy dan non-alloy steel di Vietnam semakin terbuka lebar.
Hal ini harusnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang lantaran selama ini Vietnam merupakan salah satu negara tujuan ekspor baja dari Indonesia. Menurut data Kementerian Perdagangan nilai ekspor certain semi-finished dan finished products of alloy dan non-alloy steel Indonesia ke Vietnam pada 2015 mencapai US$ 216 ribu atau Rp 2,82 triliun (kurs Rp 13.100) dengan volume sebesar 133 ton, meningkat signifikan dari tahun 2014 yang hanya mencapai US$ 42 ribu atau Rp 550 miliar dengan volume 16 ton. (roi/dna)