Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), Ratna Sari Loppies mengatakan, pihaknya mendesak pemerintah segera mengenakan BMAD (Bea Masuk Anti Dumping) pada Turki dan beberapa negara lainnya seperti Ukraina, Sri Lanka, dan India.
"Karena kita pernah (BMAD) 15% di tahun 1998. Kita ajukan 15% untuk melindungi industri di dalam negeri. Karena mereka kan baru bangun (pabrik terigu), investasi kan belum recovery," jelasnya ditemui di Kementerian Perindustrian, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (16/9/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk melindungi investasi baru di bidang industri tepung terigu nasional. Dimana saat ini ada sekitar 30 industri tepung terigu dan kami pastikan masih akan ada investasi baru dalam 2-3 tahun ke depan," tuturnya.
Diungkapkannya, sepanjang 6 bulan terakhir, produk terigu impor mengalami peningkatan siginifikan. Impor terigu dari Turki pada Januari-Juni 2016 sebesar 56.171 metrik ton atau senilai US$ 14,36 juta, naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar 28.622 metrik ton senilai US$ 8,08 juta. Bahkan di periode Januari-Mei, impor dari Turki melonjak 971,8%.
"Peningkatan di 6 bulan pertama sangat pesat dari tahun lalu," jelas Ratna.
Selain banjir terigu asal Turki, pasar dalam negeri juga dibanjiri terigu asal Ukraina yang sampai pertengan tahun ini impornya sudah mencapai 22.065 metrik ton, diikuti Sri Lanka sebesar 9.073 metrik ton, dan India 1.146 metrik ton. (hns/hns)