"Berdasarkan analisis yang telah kami lakukan, kami memperkirakan keseimbangan harga timah dunia akan terbentuk pada tahun 2020, dimana harga timah akan menyentuh level US$ 22.500 per metrik ton. Dengan asumsi permintaan akan timah tumbuh menjadi lebih dari 280.000 metrik ton," Peter Kettle, di Sofitel Hotel, Nusa Dua, Bali, Selasa (20/9/2016).
Kondisi ini akan berdampak baik bagi industri timah secara global. Harga yang lebih tinggi memberi ruang bagi pelaku usahanya untuk terus memperbaiki kualitas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila harga naik, nanti setiap daerah penghasil timah yang akan mengekspor akan berkontribusi terhadap pendapatan negara. Tentunya Indonesia harus menjaga pasokan dan produksi timahnya serta menjaga kualitas dan menciptakan produk yang ramah lingkungan agar diminati buyers dari luar negeri.
"Jangka panjang, Indonesia masih akan berada di posisi bagus. Sumber daya timah akan terus dijaga produksinya. Tahun mendatang prediksi produksi timah bisa bertambah 5.000 metrik ton, tapi tidak lebih dari itu," kata Kettle.
Di sisi lain, harga timah yang lebih tinggi juga memberi ruang bagi pelaku usahanya untuk berkontribusi lebih baik pada perbaikan lingkungan. Lahan bekas panambangan timah bisa direhabilitasi memanfaatkan keuntungan yang lebih besar dari penjualan timah yang harganya mengalami kenaikan.
"Isu lingkungan sangat penting dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai perusahaan juga fokus dalam hal ini. PT Timah juga secara berkala melaporkan cara produksi mereka secara detail. Regulasi China juga cukup baik. Secara standard, ramah lingkungan ini sudah naik beberapa langkah dalam beberapa tahun terakhir," imbuhnya.
(dna/dna)











































