Bantu Turunkan Harga Gas, Menperin: Pengusaha Pupuk Harus Tambah Pabrik

Bantu Turunkan Harga Gas, Menperin: Pengusaha Pupuk Harus Tambah Pabrik

Yulida Medistiara - detikFinance
Kamis, 22 Sep 2016 21:25 WIB
Ilustrasi (Foto: Agung Pambudhy)
Jakarta - Pemerintah tengah mengupayakan penurunan harga gas bagi industri di dalam negeri agar bisa bersaing dengan negara lain. Seabagai gantinya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meminta para pengusaha meningkatkan investasinya.

Bisa dengan membangun pabrik baru maupun meningkatkan kapasitas produksi agar perekonomian bergerak lebih cepat.

Syarat dari Menperin ini tak berlebihan, pasalnya sudah terlalu lama tak ada investasi baru yang dilakukan pelaku industri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya challange (tantang), kapan terakhir pabrik petrokimia dibangun, terkahir kita ini tahun 1998 dibangun di Tuban (PT Tuban Petrochemical Industries) dan bagaimana kondisi Tuban hari ini sehingga ini selama ini kemana dari 1998 sampai 2016, apa yang terjadi doesn't do anything," kata Menperin Airlangga, di kantornya, Jl Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (22/9/2016).

Menperin pun memberikan arahan, agar dalam mengembangkan investasinya, pelaku industri juga bisa melirik sektor lain untuk dikembangkan. Agar bisnis yang berkembang bisa semakin beragam dan semakin luas.

"Kita akan bergerak ke timur, kawasan Bintuni. Tentu nggak semuanya bikin urea. Kita bikin next methanol, urea sudah over supply malah nanti akan membebani pabrik pupuk yang ada. Methanol base harus didorong karena kebutuhannya banyak," kata Airlangga.

Menurutnya, industri petrokimia menjadi salah satu sektor yang penggunaan gasnya paling tinggi, seperti industri pupuk. Saat ini industri pupuk mendapatkan harga gas murah yang disubsidi karena gas berkontribusi 70% terhadap seluruh biaya produksi dan gas menjadi bahan baku untuk industri.

Bila nanti harga gas bersaing dengan negara lain, ia berharap tidak lagi membutuhkan subsidi karena membuat industri tidak sehat. Misalnya menyulitkan jika mau berekspansi.

"Nanti kalau pabrik ini mau ekspansi perlu guarantee, karena kalau ditanya nanti pabriknya dibayar on time atau nggak nanti kalau nggak on time itu cash flow tergangu pasti. Tapi kalau subsidinya diangkat langsung saja kepada masyarakat yang betul-betul membutuhkan atau petani ini pabrik pupuknya harus sehat," ujar Airlangga.

Airlangga menambahkan, terdapat sejumlah industri petrokimia yang ingin berinvestasi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Namun, masih mengurungkan niat karena melihat harga gas di Indonesia yang masih tinggi.

"Ada beberapa yang mau masuk, tapi mereka menahan investasinya. Harga gas kita masih tinggi," ungkapnya.

Menperin pun berharap, penurunan harga gas bisa cepat dilakukan mengingat harga gas internasional tengah mengalami penurunan. Misalnya, harga gas di Rusia yang kini sudah berada di angka US$ 2,5 per MMBTU.

"Benchmark harga gas semakin turun, karena kami mengikuti harga minyak dunia. Memang, Indonesia harus segera bergegas," imbuhnya (dna/dna)

Hide Ads