Sekretaris Jenderal PUPR, Anita Firmati mengungkapkan, para kontraktor yang terdiri dari kontraktor bangunan dan sipil tersebut datang ke Indonesia untuk mengundang perusahaan-perusahaan konstruksi Indonesia ke negara Afrika Timur tersebut.
"Jadi memang Indonesia lagi berusaha membuat pasar-pasar baru di luar negeri. Bahwa kita merasa konsultan dan kontraktor kita sudah bisa bersaing dengan negara maju," ujar Anita usai pertemuan dengan ACCT di Kementerian PUPR, Jakarta, Senin (17/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Anita, meski sudah banyak kontraktor Indonesia yang mengerjakan proyek-proyek di luar negeri, Indonesia belum pernah melakukan ekspor jasa konstruksi ke Tanzania. Di sisi lain, pembangunan infrastruktur negara itu tengah masif dilakukan.
Sebagai gambaran, volume perdagangan Indonesia dan Tanzania mencapai US$ 168,58 miliar pada tahun 2010, dan naik tajam pada tahun 2011 menjadi US$ 390,48 juta pada tahun 2011, dengan surplus untuk Indonesia.
Dia melanjutkan, selain rencana ekspor jasa konstruksi, selama ini Indonesia sudah banyak mengekspor produk material ke Tanzania seperti produk lampu, kawat, pintu jadi, baja, kabel listrik, keramik, dan marmer.
"Ini kan masih bentuknya penjajakan, kita bisa ekspor material precast ke sana. Karena di sana masih sangat kurang sekali. Bisa juga ekspor aspal Buton ke sana," jelas Anita. (drk/drk)











































