Kedatangan pengusaha kontraktor tersebut, dalam rangka penjajakan dengan kontraktor-kontraktor Indonesia untuk menggarap proyek-proyek infrastruktur di Tanzania.
Ketua Komisi Nasional Hubungan antar Lembaga Non-Pemerintah Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI), Destiawan mengungkapkan, pihaknya menyasar proyek-proyek infrastruktur yang tidak ditender bebas di Tanzania. Lantaran banyak kontraktor asal China bermodal besar yang sudah lebih dulu berkiprah di negara tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Destiawan, meski kalah dalam modal dengan perusahaan konstruksi China, kontraktor Indonesia sebenarnya bisa bersaing dalam hal teknologi dan pengalaman menggarap proyek di luar negeri.
"Kontraktor di Indonesia tidak kalah unggul. Produk-produk precast kita di Aljazair saja jadi primadona, apalagi teknologi girder," jelas Direktur Luar Negeri dan Investasi PT Wijaya Karya Tbk itu.
Diungkapkannya, saat ini AKI dan ACCT baru sebatas penjajakan proyek-proyek infrastruktur yang bisa digarap perusahaan kontraktor Indonesia.
"Kalau kita bisa ke sana, kita akan bangun pabrik di sana, karena ekspor langsung kan mahal. Seperti Waskita, PP, atau Wika kan sudah punya pabrik mobile yang bisa dipindah-pindah," ujar Destiawan. (dna/dna)











































