Mendag Sambangi Menperin Bahas Negosiasi Bea Masuk RI-Australia

Mendag Sambangi Menperin Bahas Negosiasi Bea Masuk RI-Australia

Yulida Medistiara - detikFinance
Jumat, 28 Okt 2016 17:55 WIB
Foto: Yulida Medistiara
Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyambangi Kementerian Perindustrian bertemu Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto. Enggar hadir untuk berkoordinasi soal bea masuk industri sebelum ke Australia.

Mendag akan mendampingi Presiden Joko Widodo ke Australia pada tanggal 6-8 November nanti. Pertemuan tersebut akan membicarakan tawar menawar antara Indonesia dan Australia terkait dengan bea masuk industri, oleh karena itu Enggar bertemu Airlangga untuk berkoordinasi tentang hal tersebut.

"Ada permintaan dari Australia dan tentu ada juga permintaan dari kita, karena ini menyangkut masalah yang berkaitan dengan industri. Tentu kita harus ada kesepakatan atau bahan atau bahkan sikap dari pemerintah yang kita mintakan dari Kemenperin," ujar Enggar, di Kemenperin, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Jumat (28/10/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah sedang bernegosiasi dengan Australia terkait dengan bea masuk impor gula mentah untuk industri dan biodiesel.

"Soal impor gula, kalau seandainya ada permintaan dari Australia untuk disamakan dengan ASEAN (untuk bea masuknya)," ujar Enggar.

Sedangkan Indonesia meminta biodiesel sebagai materi (kompensasi). Hal itu karena Australia membeli biofuel dari Indonesia.

"Kita dorong agar b10, jadi kita dorong biofuel 10% untuk pasar Australia. Itu volumenya cukup besar," kata Airlangga.
Mendag dan Menperin bahas negosiasi bea masuk dengan AustraliaFoto: Yulida Medistiara
Mendag dan Menperin bahas negosiasi bea masuk dengan Australia


Di samping itu, Indonesia juga menginginkan produk herbisida dan pestisida bisa masuk ke Australia.

"Nah kita minta dibuka pasar untuk pestisida dan herbisida yang sekarang bea masuknya 10%. Jadi sekarang pestisida Indonesia itu nggak bisa masuk dan akhirnya masuk dari ASEAN, Malaysia. Ini kita minta dikembalikan, agar trade-nya tidak jomplang," ujar Airlangga.

Sementara itu, Enggar menambahkan, Indonesia juga meminta kepada Australia agar bungkus rokok jangan polos. Hal itu karena akan menjadi masalah jika tidak bisa dibedakan.

"Itu bersamaan dari berbagai hal-hal lain yang kita akan bahas seperti juga untuk rokok yang mereka mempersoalkan plain packaging. Kita sampaikan keberatannya. Saya pikir juga bisa berdampak juga, kita minta wine-nya plain juga packaging-nya, itu akan menjadi soal juga kan untuk negara lain," kata Enggar. (hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads