Bea Masuk Impor Bahan Baku Kacamata Akan Ditanggung Pemerintah

Bea Masuk Impor Bahan Baku Kacamata Akan Ditanggung Pemerintah

Yulida Medistiara - detikFinance
Selasa, 01 Nov 2016 15:09 WIB
Ilustrasi (Foto: Dikhy Sasra)
Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menggelar diskusi dengan pelaku usaha industri aneka, kulit, sepatu/alas kaki dan fashion. Airlangga mempertimbangkan bahan baku impor untuk industri kacamata dapat ditanggung pemerintah karena sulitnya bersaing dengan masuknya produk jadi kacamata.

Hal itu karena harga produk jadi hampir sama dengan saat pelaku industri mengimpor bahan baku. Oleh karena itu, Airlangga mengaku akan menetapkan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah untuk impor bahan baku kaca mata untuk menjaga daya saing industri.

"Dibahas juga industri kacamata yang bahan bakunya dengan kacamata yang sudah jadi HS numbernya sama. Daya saing industrinya, kurang level playing field dengan kacamata sudah jadi. Apakah bisa dikenakan BMDTP, untuk bahan baku kacamata bisa ditanggung pemerintah. BMDTP itu bahan bakunya yang di nol kan," kata Airlangga, di Kemenperin, Jakarta Selatan, Selasa (1/11/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam diskusi tersebut salah satu pelaku industri yang hadir adalah industri kacamata. Dirut PT Atalia Indonesia, Wen Joko Sidharta, mengatakan 90% bahan baku berasal impor dari Tiongkok.

"Saya mewakili industri kacamata karena kebetulan industri kacamata ini tinggal kita satu-satunya. Kami mengalami cukup banyak kesulitan, pada saat ini hampir 90% material atau bahan baku kita masih impor," ujar Wen Joko.

Pria yang akrab disapa Joko itu menjelaskan produk barang jadi yang diimpor dengan harga bahan baku kacamata harganya hampir sama. Dia mengeluhkan hal tersebut karena membuat produknya sulit bersaing akibat serbuan produk jadi yang lebih murah sedangkan dia harus mengolah dulu bahan bakunya di Indonesia.

"Sementara antara bea masuk dan barang jadi itu hampir sama atau tidak beda dengan produk bahan bakunya," kata Joko.

Padahal ia mengaku market di Indonesia sangat besar, di Indonesia baru ada 15% dari jumlah penduduk yang membutuhkan kacamata. Sedangkan di luar negeri menurutnya kebutuhan kacamata ada sekitar 70%.

Ia menyebut pada awal tahun 1990-an terdapat serbuan produk dari Cina yang membuat banyak pelaku Industri kacamata di Indonesia hengkang. Padahal saat itu salah satu industri terbesar memiliki 3300 karyawan dan mengusai pasar di Asia, tetapi kini industri tersebut telah tidak ada dan menyisakan perusahaannya yang telah beralih menjadi importir.

"Hari ini perusahaan itu masih eksis, tapi industrinya sudah tidak, mereka banting stir jadi importir. Saya mohon pada bapak-bapak karena saya sendiri pun bingung, Hari ini kami menyandang sebagai satu-satunya industri kacamata di Indonesia. kita bingung ngadunya kemana, ikut asoisasi-asosiasi mana, ngadu ke pemerintah yang mana," imbuhnya.

Sementara itu, Menperin Airlangga Hartarto menyatakan apresiasi kepada perusahaan tersebut yang telah bertahan di Indonesia. Ia menyebut perusahaan tersebut dapat berkomunikasi dengan Kemenperin terkait kendala lainnya. (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads