"Industri ini diminta pindah ke Malaysia ditawari gas US$ 2,5/MMbtu di Malaysia. Bukan berarti nggak ada daya saing tapi industrinya di Malaysia dia produksinya bisa lebih tinggi," ujar Menperin Airlangga, di Hotel Fairmont, Jakarta Selatan, Selasa (1/11/2016).
Airlangga menyebut jika industri kaca pindah maka akan ada kendala ribuan tenaga kerja kehilangan pekerjaannya. Hal itu tentu tidak sejalan dengan program pemerintah mengentaskan kemiskinan dan ingin membangun industrialisasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia, industri kaca mendapat harga gas US$ 9,15/MMbtu dengan harga jual 256/ton lebih mahal daripada impor US$ 235/ton. Sedangkan jika harga gas turun menjadi US$ 4/MMbtu harga jualnya turun menjadi US$ 232/ton sehingga bisa bersaing.
Jika harga gas turun menjadi US$ 4/MMbtu, Airlangga mengatakan industri kaca akan menghidupkan kembali. Saat ini perusahaan tersebut masih ada di Indonesia.
"Yang di Medan berhenti produksi, kalau harga gasnya turun mereka janji hidupkan lagi. Kalau perusahaan kita tetap di sini, tapi ada perusahaan yang lain (investasi)," ujar Airlangga. (dna/dna)











































