Sampai saat ini, Inalum masih menjadi produsen tunggal aluminium dalam negeri. Namun, produksi aluminium buatan Inalum per tahun hanya mencapai 260.000 ton dan belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sehingga, kebutuhan aluminium sisanya harus diimpor dari negara lain.
Corporate Secretary Inalum Ricky Gunawan menyebutkan alasan di balik enggannya investor berinvestasi di pabrik aluminium. Menurutnya, biaya yang dibutuhkan untuk membangun industri aluminium di Indonesia terbilang tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, pembangunan pabrik aluminium harus terletak di lokasi yang memiliki sumber energi yang besar. Hal ini dikarenakan smelter untuk mengolah aluminium membutuhkan daya listrik yang besar dan hanya dimungkinkan dengan membamgun pembangkit listrik.
"Sumber energi juga harus tersedia, itu syaratnya. Kita juga kalau mau bangun kan harus bisa dibuat PLTA," tutur Ricky. (dna/dna)











































