Ketiga subsektor itu antara lain film, animasi, dan video yang dapat memicu tumbuhnya sektor lain. Ia mencontohkan, di dalam film terdapat beberapa properti yang digunakan seperti fashion dan tempat wisata yang digunakan sebagai tempat shooting. Ketika properti itu digunakan, maka membuat propreti dan tempat wisata yang ada di dalam itu menjadi terkenal sehingga berdampak pada sektor pariwisata.
"Dalam sebuah film, kita tidak hanya bicara film itu sendiri, kita bicara fashion, multiplier terhadap daerah. Contohnya, Laskar Pelangi, 5CM, AADC, selama ini mungkin itu tidak kehitung, yang kita hitung adalah jumlah penontonnya berapa, tapi coba tanyakan ke Bangka Belitung, berapa yang sudah dia hasilkan dari film Laskar Pelangi itu, ini kan tidak terhitung," ujar Triawan, di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Selasa (14/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Andaikan ini dihitung saya yakin yang namanya Pemda itu akan berbondong-bondong memberikan insentif bagi pelaku film, ayo dong syuting di tempat saya, promosi tanpa mengatakan ini film promosi, tapi diselipkan sedemikian rupa orang jadi viral, sebetulnya inilah kekuatan digital ekonomi saat ini," kata Triawan.
Selain 3 subsektor itu, ada pula subsektor yang dinilai memiliki potensi besar seperti games, musik, dan aplikasi. Menurutnya kalau ada intervensi terhadap subsektor ekonomi kreatif itu akan menarik daya tarik sektor lainnya.
"Kemudian aplikasi, games digital. dan musik. Kita percaya kalau ini kita intervensi akan menarik yang lain," ujar Triawan.
Triawan mengatakan, secara umum pertumbuhan industri kreatif sebesar 5,6% dengan sektor kerajinan, fesyen, dan kuliner menduduki pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor lainnya. Namun, sepanjang 2010-2013 pertumbuhan produksi industri kreatif paling banyak didominasi oleh radio dan televisi 53,1%, film dan video 50,4%, serta periklanan 48,1%, musik 31,8%, dan kuliner 34,6%.
Seperti diketahui, kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional sebesar 7,05% atau Rp 641,81 triliun. Ekonomi kreatif menduduki peringkat ke tujuh dari 10 sektor kontributor terhadap PDB nasional.
Kelima kelompok industri kreatif yang menjadi penyumbang PDB terbesar adalah kuliner 32,51%, mode atau fashion 28,29%, kerajinan 14,44%, penerbitan dan percetakan 8,11%, dan desain 3,9%.
Pada tahun 2013, terdapat 5,4 juta usaha kreatif yang menyerap 11,8 juta tenaga kerja. Ekonomi kreatif juga mampu menyumbangkan devisa negara melalui ekspor sebesar US$ 3,2 miliar atau sekitar 5,8%. (dna/dna)











































