Soal Trump Batalkan TPP, Ini Dampaknya untuk RI

Soal Trump Batalkan TPP, Ini Dampaknya untuk RI

Yulida Medistiara - detikFinance
Selasa, 22 Nov 2016 21:31 WIB
Foto: Tim Infografis, Mindra Purnomo
Jakarta - Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump, menarik Negeri Paman Sam dari Trans Pacific Partnership (TPP) menuai respons beragam. Salah satu dampak positif misalnya ketika Indonesia bisa melakukan negosiasi langsung dengan AS karena Indonesia tidak perlu bernegosiasi dengan 12 negara anggota TPP lainnya.

"Bisa saja bagi kita positif, bisa saja tidak. Kita lihat kalau bilateral bisa diinisiasi dengan AS bisa menguntungkan karena kita tidak perlu dengan 12 negara kita cukup dengan AS lebih efisien karena pasar kita paling besar AS untuk tekstil besar," ujar Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin, Achmad Sigit, di kantornya, Selasa (22/11/2016).

Menurut pria yang akrab di sapa Sigit, Indonesia ekspor ke AS sebanyak 13,59% Januari-September 2015, meningkat pada Januari-September 2016 ini sebanyak 14,11%. Jika dibandingkan perdagangan Indonesia ke negara TPP lainnya seperti Australia, Indonesia bahkan mengalami defisit sebanyak US$ 2 miliar karena impor lebih tinggi daripada ekspor Indonesia ke Australia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau bisa bilateral dengan AS itu kita lakukan dengan AS bisa. Kalau bernegosiasi dengan negara TPP yang lain seperti Australia dll kita nggak ada bisnis di sana, nilainya kecil sekali defisit dengan Australia US$ 2 miliar defisit, New Zaeland juga," kata Sigit.

Ia menyebut market share Indonesia ke AS mencapai 12% produk tekstil. Dalam negosiasi dengan AS misalnya Indonesia dapat menawar bea masuk produk tekstil dan AS dapat menawar bea masuk produk elektronik.

"Karena produknya nggak komplementer, enggak kompetisi jadi bisa negosiasi. AS memang butuh tekstil karena penduduknya banyak dan di sana nggak mengembangkan industri tekstil jadi mereka butuh tekstil. Jadi kita bisa mengisi, AS butuh apa di sini seperti mineral, mungkin bisa pasar elektronika. Bea masuk elektronik AS, dan bea masuk tekstil Indonesia bisa dibicarakan mungkin," kata Sigit. (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads