"Bisa saja bagi kita positif, bisa saja tidak. Kita lihat kalau bilateral bisa diinisiasi dengan AS bisa menguntungkan karena kita tidak perlu dengan 12 negara kita cukup dengan AS lebih efisien karena pasar kita paling besar AS untuk tekstil besar," ujar Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin, Achmad Sigit, di kantornya, Selasa (22/11/2016).
Menurut pria yang akrab di sapa Sigit, Indonesia ekspor ke AS sebanyak 13,59% Januari-September 2015, meningkat pada Januari-September 2016 ini sebanyak 14,11%. Jika dibandingkan perdagangan Indonesia ke negara TPP lainnya seperti Australia, Indonesia bahkan mengalami defisit sebanyak US$ 2 miliar karena impor lebih tinggi daripada ekspor Indonesia ke Australia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut market share Indonesia ke AS mencapai 12% produk tekstil. Dalam negosiasi dengan AS misalnya Indonesia dapat menawar bea masuk produk tekstil dan AS dapat menawar bea masuk produk elektronik.
"Karena produknya nggak komplementer, enggak kompetisi jadi bisa negosiasi. AS memang butuh tekstil karena penduduknya banyak dan di sana nggak mengembangkan industri tekstil jadi mereka butuh tekstil. Jadi kita bisa mengisi, AS butuh apa di sini seperti mineral, mungkin bisa pasar elektronika. Bea masuk elektronik AS, dan bea masuk tekstil Indonesia bisa dibicarakan mungkin," kata Sigit. (dna/dna)