Tumbuh di Kuartal III, Banyak Industri Non Migas Jadi Andalan

Tumbuh di Kuartal III, Banyak Industri Non Migas Jadi Andalan

Yulida Medistiara - detikFinance
Senin, 12 Des 2016 16:45 WIB
Tumbuh di Kuartal III, Banyak Industri Non Migas Jadi Andalan
Ilustrasi (Foto: Rengga Sancaya)
Jakarta - Pada Kuartal III 2016 banyak sektor industri non migas yang tumbuh cukup signifikan di tengah perlambatan ekonomi global. Pertumbuhan tersebut memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi nasional.

"Pada triwulan III tahun 2016, kinerja mereka di atas 5-6%. Misalnya, industri makanan dan minuman yang tumbuh 9,8%, hampir dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan yang diterima detikfinance, Senin (12/12/2016).

Hal tersebut disampaikan Airlangga dalam Indonesianisme Summit 2016 yang diselenggarakan Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya, industri barang galian bukan logam tumbuh sebesar 7,2%, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 6,9%. Serta industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik sebesar 6,2%. Meski begitu, sektor lainnya bukan berarti rendah misalnya produk industri agro yang telah diekspor karena memiliki daya saing di pasar dunia.

"Tidak berarti sektor-sektor lain yang pertumbuhannya rendah, tidak juara. Seperti di sektor agro, industri olahan CPO dan kertas kita, cukup berdaya saing di pasar ekspor," ungkap Airlangga.

Di samping itu, industri alat angkutan juga didorong menjadi sektor andalan Tanah Air. Hal itu karena industri otomotif Jepang menggunakan kandungan lokal dalam produksi produknya sehingga dapat menyerap industri dalam negeri.

"Kami telah berbicara dengan prinsipal industri otomotif Jepang, mereka sepakat akan mengekspor produk dari Indonesia ke belahan bumi selatan. Kemudian, Indonesia juga dijadikan basis ekspor sepeda motor ke seluruh dunia dengan local content-nya yang sudah mencapai 90%. Innovation center mereka pun ada di Indonesia," papar Airlangga.

Menurutnya, hingga saat ini, sektor industri pengolahan non-migas masih menjadi pendongkrak utama dalam pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyumbangkan 18%, meskipun perhitungannya mulai dari pengolahan bahan baku sampai di pintu pabrik. Di mana seharusnya perhitungan kontribusi tersebut dihitung hingga tingkat konsumen.

"Value chain industri tidak hanya sampai di pintu pabrik, tetapi hingga kepada konsumen atau industri lainnya," ujar Airlangga.

Menperin meyakini, apabila perhitungan kontribusi industri ditambah dengan jasa terkait industri, kontribusinya bisa meningkat hingga 28%.

"Contohnya, kalau kita bicara industri tekstil, di setiap kampung pasti ada penjahit. Sedangkan untuk industri otomotif, akan ada bengkel, distributor, sampai ke jasa tambal ban dan yang lain," jelasnya.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Ketua Umum Pengurus Pusat IA-ITB Ridwan Djamaluddin mengatakan, ekonomi Indonesia tumbuh cukup baik, sebesar lima persen hingga kuartal III tahun ini. Demikian pula dengan indikator ekonomi lainnya. Akan tetapi, Ridwan beranggapan itu saja tidak cukup.

"Oleh karenanya, diperlukan semangat Indonesianisme untuk mencintai produk Indonesia, membangun sinergi dan membentuk jejaring industri, manufaktur dan infrastruktur antara pemerintah, BUMN, korporasi swasta serta teknopreneur. Hal ini mutlak diperlukan untuk membangun Indonesia menjadi bangsa pemenang di sektor industri manufaktur," paparnya.

Menurut Ridwan, IA-ITB yang memiliki kompetensi dalam bidang teknologi akan terus mendorong bangsa Indonesia menjadi bangsa pemenang yang memiliki daya saing kuat, menguasai teknologi serta dapat mewujudkan ketahanan ekonomi nasional (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads