Di sana, lebih dari 70% warga desa menjadi perajin alas kaki, baik itu sepatu atau pun sandal. Kecamatan Ciomas sendiri telah terkenal sejak lama sebagai kawasan industri rumahan alas kaki.
Disebutkan, usaha industri alas kaki di daerah itu telah ada sejak tahun 1969 silam. Usaha itu menjadi usaha turun-menurun bagi masyarakat Ciomas.
![]() |
Bahkan, menurut penuturan salah seorang pelaku industri alas kaki di sana, berbagai lokasi industri yang telah terkenal di Indonesia dimulai dari Ciomas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Mamun mengatakan, dari usaha ini, rata-rata perajin di sana mendapatkan pesanan sekitar 50 kodi setiap minggunya. Dengan harga jual yang cukup murah.
"Kalau pesanan tergantung, tapi rata-rata pesanan seminggu 50 kodi, atau 1000 pasang sepatu dalam seminggu. Dijualnya dengan harga sekitar Rp 400-500 ribu/kodi," terang Mamun.
![]() |
Kendati demikian, Mamun mengatakan, kondisi pasar saat ini sedang kurang baik. Pesanan sepatu maupun sandal dari Ciomas mengalami penurunan.
Mamun menerangkan, selama ini produk alas kaki yang dihasilkan di kawasan itu, dijual ke Pasar Anyar, Bogor. Namun saat ini, permintaan terhadap alas kaki dari Ciomas mengalami penurunan. Alasannya, ialah karena kalah bersaing dengan produk impor yang lebih diminati.
"Di sini yang (pusat) terbesar di Indonesia cuma di Pasar Anyar. Sepatu (dari) China juga dijual di Pasar Anyar, sekarang lebih dari separuhnya. Gara-gara itu (pengusaha) banyak yang mati suri," ungkap Mamun.
"Karena kualitas (sepatu China) lebih bagus dan lebih murah. Mereka kan kerja sama mesin, kalau kita kan handmade. Manual," lanjutnya.
![]() |
Oleh sebab itu, yang sebetulnya dibutuhkan oleh pelaku industri rumahan alas kaki di Ciomas bukanlah sekedar modal, melainkan tambahan pesanan dari produksi sepatu yang saat ini mengalami penurunan, dan pemasaran yang lebih luas.
"Jadi yang dibutuhkan itu pemasaran, modal pun kalau nggak ada pesan ya percuma, mau dikasih modal gede juga percuma, hanya akan memperluas kemiskinan. Sebab kan bank bunga tiap bulan jalan terus, kalau kita enggak bisa mengelola buat apa, ada modal tapi nggak ada orderan. Jadi yang diinginkan itu pesanan yang pasti, baru ditunjang dengan modal," terang dia.
Ia pun mengatakan, ada baiknya jika pemerintah membantu dengan cara membuat beberapa kebijakan baru yang dapat meningkatkan jumlah pesanan alas kaki yang saat ini mengalami penurunan.
"Yang diharapkan itu Peraturan Daerah (Perda) dikeluarkan, PNS, Pelajar di sini pakai produk Ciomas, udah itu. Hidup semua. Jadi bukan cuma tempat dan modal saja, karena tempat sekarang ga menjamin dapat order. Makanya harus ada pesanan. Insya Allah kami bisa bikin. Kualitas, garansi unggulan," tuturnya. (dna/dna)