Lebih memprihatinkan lagi, teh premium yang banyak dikonsumsi masyarakat kelas atas Indonesia merupakan produk impor.
"Sejarahnya sejak Belanda teh kita itu terbaik. Agak ironi memang, teh-teh terbaik yang tumbuh di sini tidak diapresiasi. Kita akui banyak teh grade 1 di sini malah impor, saya nggak usah sebutkan merek," kata Direktur Utama PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN), Iriana Ekasari di kantornya, Jakarta, Rabu (4/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia melanjutkan, banyak pula teh-teh kualitas grade 1 yang dieskpor BUMN perkebunan. Namun kemudian dikemas ulang sebelum kemudian diimpor kembali ke Indonesia.
"Sebagian teh impor premium kan ada yang tehnya dari Indonesia. Teh-teh kita diekspor ke negara lain, di sana di-rebranding lalu diekspor lagi ke Indonesia. Tapi mereka packing ulang dengan brand mereka untuk dijual kembali di sini," ujar Iriana.
Selama ini, sejumlah PTPN memang lebih banyak menjual produksi teh perkebunannya kepada trader lewat lelang. Oleh trader, teh tersebut kemudian diekspor atau dikemas dengan merk mereka.
Dia melanjutkan, pasar teh kualitas grade 1 di Indonesia sendiri terbilang sedikit. Ini lantaran masyarakat Indonesia sudah puluhan tahun mengkonsumsi teh dengan kualitas grade 2 dan grade 3. Di sisi lain, harga teh kualitas grade 1 juga mahal, mendapatkannya di pasar pun masih sulit.
"Di Indonesia kebiasaan konsumen mengkonsumsi teh bukan kualitas terbaik karena teredukasi dengan mutu teh grade 2 dan grade 3. Ini yang coba kita edukasi ke masyarakat kalau kita sebenarnya punya teh kualitas terbaik," pungkas Iriana. (idr/hns)











































