"Kami terus memacu pembangunan kawasan industri di luar Pulau Jawa, termasuk di Morowali sebagai wujud implementasi arahan Bapak Presiden Joko Widodo untuk memfokuskan agenda pemerintah di tahun 2017 pada pemerataan," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat meninjau Kawasan Industri Morowali di Sulawesi Tengah, Rabu (11/1/2017).
Kawasan Industri Morowali dengan lahan seluas 2.000 hektar tersebut akan menarik investasi sebesar Rp 78 triliun. Dengan terbangunnya kawasan ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi sedikitnya 100.000 tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja langsung sebanyak 20 ribu orang, dan tidak langsung mencapai 80 ribu orang.
Menurut Airlangga, pengembangan 14 kawasan industri di luar Pulau Jawa ini dalam upaya mengakselerasi cita-cita pemerintah untuk pemerataan industri. Serta untuk melakukan pembangunan yang Indonesia sentris atau tidak hanya di pulau Jawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Airlangga menyatakan, Kawasan Industri Morowali turut mendorong langkah pemerintah dalam program hilirisasi yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri.
"Oleh karena itu, di kawasan ini difokuskan pada pembangunan industri pengolahan dan pemurnian mineral logam atau smelter dengan bahan dasar nikel," kata Airlangga.
Sementara itu, perkembangan pembangunan industri smelter nikel dan fasilitas pendukung lainnya di Kawasan Industri Morowali, antara lain telah beroperasinya industri smelter feronikel PT Sulawesi Mining Investment yang berkapasitas 300 ribu ton per tahun sejak Januari 2015.
"Pabrik ini didukung oleh satu unit PLTU dengan kapasitas 2x65 MW. Pada tahun 2015, perusahaan telah menghasilkan nickel pig iron (NPI) sebanyak 215.784,11 ton per tahun," ujar Airlangga.
Selanjutnya, sejak Januari 2016, telah beroperasi industri smelter feronikel PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry dengan kapasitas 600 ribu ton per tahun dan didukung oleh satu unit PLTU berkapasitas 2x150 MW. Pada awal 2016, perusahaan mencatatkan produksi sebanyak 193.806 ton.
"Sebagai tahap lanjutan dari PT. Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry, saat ini juga telah dilakukan commissioning test pabrik stainless steel dengan kapasitas 1 juta ton per tahun," ujar Airlangga.
Selain itu, terdapat pula industri smelter feronikel PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel dengan target kapasitas 600.000 ton per tahun. Serta industri stainless steel berkapasitas 1 juta ton per tahun yang tahap pembangunannya saat ini mencapai 60%.
"PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome yang merupakan smelter Chrome juga masih dalam tahap pembangunan dengan progres 60 % dan diharapkan pada awal tahun 2018 pabrik ini dapat mulai berproduksi," ujarnya.
Industri smelter lainnya, yakni PT. Broly Nickel Industry Pabrik Hidrometalurgi dengan kapasitas 2.000 ton per tahun. Kawasan ini akan dikembangkan menjadi 8 ribu ton per tahun nikel murni, saat ini sedang dalam uji coba produksi. (dna/dna)











































