Omzet Tipis, Banyak Petani Tebu Jual Lahan ke Pengembang Rumah

Omzet Tipis, Banyak Petani Tebu Jual Lahan ke Pengembang Rumah

Muhammad Idris - detikFinance
Kamis, 19 Jan 2017 11:45 WIB
Foto: reuters
Jakarta - Luas lahan tebu di Indonesia semakin menyusut dari tahun ke tahun. Kondisi ini disebabkan pendapatan dari bertanam yang rendah, sehingga mendorong petani mengalihkan lahannya ke komoditas lain, beberapa di antaranya bahkan dijual petani dan dijadikan perumahan.

"Lahan sekarang kan tercatat 450.000 hektar, yang pasti terus berkurang lahannya karena petani tebu banyak yang beralih ke tanaman lain, pendapatan tidak seberapa. Ada yang jadi real estate, tapi lebih banyak yang ganti ke tanaman lain," kata Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Sumitro Samadikun kepada detikFinance, Kamis (19/1/2017).

Menurut dia, rendahnya pendapatan petani ini lantaran tingkat rendemen yang diberikan pabrik gula (PG) BUMN rendah, rata-rata PG yang kebanyakan peninggalan Belanda ini hanya memiliki rendemen antara 6% sampai 7%. Jauh di bawah rendemen pabrik gula swasta yang di atas 10%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, rendemen tebu sendiri adalah kadar kandungan gula di dalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10%, artinya ialah bahwa dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg.

Dia mengasumsikan, dengan produksi tebu petani per hektar maksimal sebesar 100 ton, maka dengan tingkat rendemen rata-rata nasional saat 6%, maka didapat gula sebesar 6 ton. Setelah dibagi dengan pabrik gula dengan rasio 64:36, maka gula yang diperoleh petani adalah 3,84 ton.

"Sebanyak 3,84 ton ini dikalikan dengan harga lelang sekarang Rp 12.000/kg, petani mendapatkan pendapatan dari gula Rp 48 juta. Nah sementara modal tanam tebu, biaya tembang dan angkut, pupuk sampai sewa tanah paling murah totalnya Rp 45 juta. Untungnya berapa itu, malah ada yang sampai biayanya Rp 50 juta," jelas Sumitro.

Menurut dia, ketimbang pemerintah menekan harga gula yang berakibat petani tebu merugi, sebaiknya pemerintah merevitalisasi atau membangun pabrik gula baru milik BUMN, agar tingkat rendemen bisa naik.

"Tanam tebu itu susah. Waktunya juga setahun lebih, beda dengan tanam padi 3 bulan sudah panen. Lebih baik pemerintah bantu petani tingkatkan rendemen, itu pabrik-pabrik sudah tua tidak pernah diganti. Kalau rendemen tinggi, otomatis harga gula bisa otomatis murah," pungkas Sumitro. (idr/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads