Airlangga mengatakan, industri yang didorong untuk mendorong hal tersebut adalah industri padat karya yang berorientasi ekspor, khususnya dalam upaya memaksimalkan penciptaan lapangan kerja di dalam negeri atau mengoptimalisasi lapangan kerja yang sudah ada.
"Untuk industri padat karya orientasi ekspor, itu dibutuhkan beberapa insentif. Termasuk insentif diskon pengadaan peralatan. Karena industri kecil dan menengah kan membutuhkan peralatan-peralatan produksi," kata Airlangga saat ditemui usai rakor di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (20/3/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Potongan itu nanti dibahas dengan Kementerian teknis. Besarannya nanti akan dibahas. Karena itu kan harus dibahas dengan Kementerian terkait," terangnya.
Misalkan untuk industri alas kaki dan garmen apa yang dibutuhkan, industri berbasis agriculture, industri perhiasan, kosmetik, makan dan minuman ataupun karet apa yang dibutuhkan agar diidentifikasi per sektor bagaimana mengurangi hambatan-hambatan yang ada.
Ini semua nantinya kata dia juga termasuk ke dalam paket kebijakan pemerataan yang saat ini tengah disiapkan oleh pemerintah.
"Pada intinya adalah integrasi industri itu diperlukan mulai dari bahan baku, produksi, pasar dan jasa sampai kepada produk akhir dan recycle balik ke industri. Jadi itu penting untuk pengembangan industri ke depan. Khusus yang Industri Kecil Menengah (IKM) itu juga salah satu yang berbasis kepada pertanian, artinya kita bicara mengenai hortikultura, kawasan hortikultura, dan ini akan dibahas lebih lanjut," pungkasnya. (hns/hns)











































