Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta, mengatakan sebelumnya banyak brand-brand produk fashion memiliki basis produksi di Indonesia, namun sebagian dari perusahaan-perusahaan tersebut beralih ke negara yang ongkos produksinya lebih murah.
"Dulu sebetulnya banyak di China, dengan Thailand sudah lewati kita, sekarang bersaingnya paling dekat dengan Vietnam, kita masih di bawahnya, sekarang turun lagi (di bawah) Bangladesh, lama-lama kita turun sama Ethiopia. Sekarang banyak perusahaan buat produknya di sana, negara yang lebih terbelakang dari kita. Akhirnya merk seperti Uniqlo muncul dari Bangladesh, Indonesia malah jarang," kata Tutum di Hotel Ibis, Sawah Besar, Jakarta, Rabu (3/5/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Satu hal siapapun pasti pilih harga dulu, ok kalau harga mirip-mirip bersaingnya di produktivitas, pasti dong. Terus mereka debirokratisasi enggak ribet, saya juga kalau jadi brand internasional saya pilih yang mana, China sudah enggak bisa karena mahal, kecuali barang saya barang mahal, kalau pun ada dia secara pakai mesin besar-besaran," ujar Tutum.
"Bangladesh pilihannya, karena kita pelajari kenapa brand internasional ke negara itu. Kain yang sesuai kualitas mereka tersedia di sana, di kita enggak tersedia sesuai keinginan mereka. Kemudian kita tak bisa tutup mata, soal produktivitas kita dan gangguan-gangguan lain," tambahnya. (idr/dna)