"Dengan beberapa isu yang dilemparkan oleh Uni Eropa, kami sudah menyampaikan keberatan," tegas Enggartiasto saat memberi sambutan dalam Business Forum Indonesia-Rusia on Palm Oil yang digelar di Hotel Mercure Paveletskaya Moskow, Rabu (3/8/2017).
"Itu sebenarnya adalah karena persaingan dagang, antara minyak yang diproduksi, seed oil yang diproduksi oleh beberapa negara di Eropa dengan minyak kelapa sawit," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak mau ada risiko sedikitpun untuk kesehatan, kami tidak mau ada risiko sedikitpun untuk kebersihan," tegasnya.
"Isu yang pertama, kami sudah buktikan. Bahwa itu menyebabkan berbagai jenis penyakit dan diuji dan sudah terbukti tidak benar," terang Enggartiasto.
Lebih lanjut, Enggartiasto menerangkan Indonesia sudah menerapkan ISPO atau Indonesia Sustainable Palm Oil. Dengan ISPO, Enggartiasto memastikan semua produsen minyak kelapa sawit mempunyai standard yang sama.
"Standar itu dijadikan patokan, boleh masuk ke pasar kalau sudah mempunyai standar yang sama," jelasnya.
Perlu diketahui juga bahwa menurut skema roundtable sustainable palm oil, Indonesia adalah produsen terbesar dengan Certified Sustainable Palm Oil (CSPO).
"Kami memasok lebih dari setengah CSPO di pasar global," sebut Enggartiasto.
"Saya sekali lagi meyakinkan bahwa minyak kita, tidaklah ada atau dikhawatirkan sedikitpun mengenai quality," tegasnya memastikan. (nvc/hns)











































