Beberapa pejabat yang hadir dalam pertemuan ini adalah Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Unggul Priyanto, di rumah dinas Wapres, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (4/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada teknologi dengan mengalirkan air garam, berputar putar untuk meningkatkan konsentrasinya. Air juga terus masuk," jelasnya.
"Nah, dengan adanya lahan untuk meningkatkan konsentrasi kadar garam, tinggal kristalisasi dalam 4 hari. Perlu lahan cukup luas memang, untuk menampung air laut yang diputar," lanjut Unggul .
Namun, untuk memproduksi garam dalam 4 hari membutuhkan lahan induk seluas 400 hektar. Pilot project ini akan dilaksanakan di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Berdasarkan perhitungan BPPT, hasil dari penerapan teknologi baru ini akan menghasilkan 50 ribu ton garam per tahun. Pelaksanaan pilot project ini diserahkan ke Kemenko Kemaritiman.
Sementara itu, Deputi Tekonologi Agro Industri dan Bioteknologi Eniya L Dewi mengatakan sebagian besar petani garam di Jawa dan Madura telah memili lahan untuk produksi garam meski dalam skala kecil.
"Bisa saja petani dikoordinasikan untuk menjadi satu corporate. Itu lagi dijajak dengan Jawa Tengah," kata Eniya.
Dengan produksi garam 500 ton dari lahan seluas 15 ribu hektar, maka diharapkan dapat menutup impor garam ke depannya. (fiq/hns)