Pailitnya Nyonya Meneer tentunya tidak bisa dinyatakan bahwa industri jamu sudah senja. Sebab perusahaan sejenis lainnya seperti PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) masih berdiri tegak.
Menurut Direktur Keuangan Sido Muncul, Venancia Sri Indrijati, salah satu kunci perusahaan bisa bertahan lantaran mengedepankan inovasi dan modernisasi produk-produknya. Meskipun masih berkutat di industri obat-obatan herbal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Venancia mengatakan, saat ini porsi produk jamu tradisional di Sido Muncul hanya sekitar 15%. Sedangkan sisanya merupakan produk jamu yang telah dimodernisasi.
Salah satu contoh modernisasi produk Sido Muncul yang berhasil adalah Tolak Angin. Dulu produk tersebut masih berbentuk sangat tradisional, namun kini Sido Muncul sudah tenar bukan hanya di Indonesia tapi juga di negara lain.
"Pertama kali kita lakukan me-reformat jamu, dulu Tolak Angin tidak seperti sekarang. Dulu berbentuk bubuk, pahit, sekarang cair. Ini disukai semua kalangan," tukasnya.
Sepanjang semester I-2017, Sido Muncul mengalami penurunan penjualan sebesar 6,8% menjadi Rp 1,2 triliun. Penurunan penjualan tersebut lantaran adanya kelesuan penujualan di produk minuman herbal energi sebesar 5,9%.
"Terkait penurunan sales memang khusus Sido Muncul itu memang disebabkan penurunan di segmen minuman khususnya energy drink," tuturnya.
Namun untuk produk obat-obatan herbal naik 5,9%. Hal itu juga membuat segmen herbal dan supplement masih berkontribusi besar terhadap penjualan.
Sido Muncul juga tengah bersiap untuk meluncurkan produk obat-obatan herbal yang baru. Hal itu sebagai salah satu strategi perseroan untuk menutupi penurunan menjualan di segmen energy drink.
Kendati begitu, perseroan memandang kondisi tahun ini tidak sesuai harapan. Perseroan memperkirakan penjualan tahun ini tidak akan tumbuh atau sama seperti tahun sebelumnya. (ang/ang)