Di balik kesuksesan flight test (tes terbang) pesawat N219 ada sosok penting. Sosok itu tak lain adalah Kapten Esther Gayatri Saleh. Wanita berusia 55 tahun ini menjadi pilot terbang perdana pesawat N219 karya PTDI bersama dengan LAPAN.
"Ini adalah satu tonggak sejarah setelah 22 tahun kita bisa mengudara lagi dengan prototype yang baru," kata Esther usai tes terbang di PTDI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Rabu (16/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wanita berambut pendek ini menjelaskan tidak hanya kesiapan segi pesawat, namun juga mental. Sebab, sambung, menerbangkan pesawat baru perlu ketenangan dan keyakinan terhadap diri sendiri maupun kru pesawat.
"Kita kan belum kenal behavior pesawat ini, di atas kertas bisa dikalkulasikan secara teori, tapi harus diterangkan bener enggak sesuai dengan teori. Tapi saya percaya karena interaksinya teman-teman sudah bekerja sama dengan baik. Yakin dengan semua persiapan secara data oke, saya bilang bilang we are going," ungkap dia.
Anak ketiga dari empat bersaudara memiliki pengalaman 7.000 jam terbang dan ampir setengahnya bertugas sebagai penguji pesawat baru (flight test). Dalam setiap pekerjaan tersebut, ada ritual tertentu yang biasa dilakukannya.
"Melatih skenario untuk terbang itu mental saya siapkan, dari take off sampai landing ada di otak saya. Saya kalau mau terbang saya pasti melatih mental saya, skenario persis dengan apa yang saya lakukan tadi," tutur dia.
Menurutnya momentum hari ini bisa menandakan kemajuan industri dirgantara di Indonesia. Lahirnya pesawat N219 menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pengguna namun juga perancang sekaligus produsen.
"Ini menjadi momentum yang sangat baik untuk kemajuan dirgantara kita. Harus ada regenerasi nantinya, tidak boleh puas dengan pencapaian saat ini," kata Esther. (ang/ang)