Padahal, gudang yang berdiri di atas lahan seluas 2 hektar tersebut mampu menampung hingga 10.000 ton garam.
"Sayang sekali ini, padahal kapasitasnya bisa 10 ribu ton. Ini konstruksinya masih bagus, sehingga kita bisa hidupkan lagi. Tinggal sedikit revitaliasi," ujar Amalyos di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Kamis (9/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut Amalyos keberadaan gudang sangat penting untuk menampung garam, sehingga selama musim hujan tersedia stok garam. Selain itu, stok garam yang cukup akan menjamin kestabilan harga garam di pasar.
Dia menambahkan, temuan gudang di Jeneponto ini akan dilaporkan ke Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Panjaitan.
"Ini nanti akan saya laporkan ke Menko," ujar Amalyos.
![]() |
Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) PT Garam, Budi Sasongko menjelaskan gudang itu tidak terpakai setelah tak ada lagi Badan Stok Nasional pada 1992. Cuma, dia tak ingat kapan gudang itu beralih menjadi tempat penyimpanan bonggol jagung.
"Semenjak buyar Badan Stok Nasional tahun 1992, gudang itu nganggur. Saya lupa persisnya kapan disewakan ke jagung," tutur Budi kepada detikcom.
![]() |
Yang jelas, kata Budi, ia sudah meminta kepada stafnya segera memakai gudang itu untuk penyerapan garam.
"Tadi saya sudah perintahkan ke staf untuk disetop. Berikutnya begitu ada penyerapan (garam) kita akan pakai. Rencana tahun 2018 kalau musim panen tiba dan cuaca tidak anomali, pasi kita pakai," kata Budi. (edo/hns)