Sebelum Komersial, Ini Proses yang Harus Dilalui N219 Nurtanio

Sebelum Komersial, Ini Proses yang Harus Dilalui N219 Nurtanio

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 10 Nov 2017 14:14 WIB
Foto: Hendra Kusuma
Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah resmi memberikan nama Nurtanio pada prototype pesawat N219 yang merupakan hasil kerja sama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Orang nomor satu di Indonesia menginginkan pesawat yang memiliki kapasitas untuk 19 orang ini bisa dikomersialkan atau diproduksi secara banyak. Lalu bagaimana tahapannya?

Tenaga Ahli Pengembangan Pesawat Terbang PTDI, Andi Alisjahbana, mengatakan banyak proses yang harus dilalui N219 Nurtanio untuk benar-benar bisa mengudara dengan semua izin terpenuhi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di dalam pengembangan pesawat terbang kita enggak bisa bilang jadi, lalu bisa terbang lalu selesai, itu masih melalui satu proses," kata Andi di Base Ops Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (10/11/2017).



Serangkaian tersebut, kata Andi, guna mendapatkan salah satunya type certificate (TC) dari Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPP) Kementerian Perhubungan.

"Nah sertifikasi ini kita akan menggunakan dua pesawat lalu diterbangkan macem macem di tes macam-macam, gunanya itu untuk menjamin bahwa pesawat ini aman untuk digunakan masyarakat," jelas dia.



Proses pengetesan pesawat N219 Nurtanio ini mulai dari penggunaan mesin yang hanya digunakan satu, atau satunya lagi dalam posisi mati. Di ketahui, N219 merupakan pesawat dengan dua baling-baling.

Dapur pacu pesawat made in Bandung ini dilengkapi dengan dua mesin Pratt & Whitney Aircraft of Canada Limited PT6A-42 masing-masing bertenaga 850 SHP dan dilengkapi dengan Hartzell 4-Blade Metal Propeller.

"Makanya kita butuh test pilot yang jago, tes itu kayak check list tes mesin dimatiin, tes kalau misalnya stoll, tes kalau misalnya spin, tes gitu-gitu, jadi nanti itu satu demi satu, tiap tes mesti kita lakukan lalu mesti lolos," jelas dia.



Setelah lolos serangkaian tes tersebut, maka pesawat akan melakukan uji penerbangan sampai jumlah waktu penerbangan mencapai 200-300 jam. Hal ini juga sebagai pemenuhan syarat mendapatkan TC.

Akhir tahun ini, kata Andi, prototype pesawat kedua dengan jenis yang sama juga selesai dibangun. Diharapkan, pemenuhan syarat dapat diselesaikan pada akhir 2018 sehingga selanjutnya bisa dikomersilkan.

"Itu untuk sertifikasi, tapi bisa juga kalau ada masalah sedikit lebih panjang, jadi kira-kira itu, harapan kita 2018 akhir selesai," tukas dia. (wdl/wdl)

Hide Ads