"Ya, kita 2020 bisa lah penuhi 800 ribu itu untuk kebutuhan industri, 2020. Nah, asal kita ikuti dengan kegiatan intensifikasi," ujar Direktur Jenderal Perkebunan, Bambang ketika dihubungi detikFinance, Jakarta, Jumat (9/2/2018).
Langkah menuju ke sana, telah dilakukan sejak dini. Kata dia, salah satunya dengan memberikan bantuan benih dan pembinaan kepada petani kakao. Dampaknya memang tidak bisa didapatkan secara instan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Untuk tahun ini) kita belum banyak bisa mengangkat karena baru pembinaan-pembinaan. Yang kemarin kan baru kita fokus pada pemberian bantuan benih. Jadi belum bisa mengangkat produksi," terang Bambang.
Dampaknya baru bisa dirasa paling tidak 1,5 tahun hingga 2 tahun kemudian, alias pada 2020. Hal itu merujuk masa tanam kakao hingga dia berbuah yang estimasi waktunya sekitar 1,5-2 tahun.
"Iya (2020) sudah mulai terasa. Makanya tahun ini juga kita banyak bantu dari benih," sebutnya.
Kementan, kata dia, juga berharap mendapatkan alokasi anggaran tambahan untuk meningkatkan produksi kakao dengan cara melakukan intensifikasi, yakni mengoptimalkan faktor-faktor yang dapat memacu produktivitas.
"Kita harapkan ke depannya akan ada tambahan alokasi anggaran lah untuk bisa bantu petani melaksanakan intensifikasi," terangnya.
Selain itu, pemerintah juga sedang memfinalkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk sektor perkebunan. Nanti, bunga KUR ini dipatok 7% dengan masa tenggang 5 tahun.
"Sekarang kita sudah ada KUR khusus untuk perkebunan. Sementara difinalkan aturannya. Kita selesaikan Permentan-nya (Peraturan Menteri Pertanian)," tambahnya.











































