Jakarta -
Beberapa hari lalu Starbucks di Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan menutup sekitar 150 gerai. Hal ini dilakukan lantaran mulai banyaknya restoran cepat saji yang menjual kopi dengan harga yang lebih mudah.
Di Indonesia bisnis gerai kopi memang sedang booming. Kini banyak gerai-gerai kopi yang menawarkan aneka ragam kopi khas lokal dengan konsep yang 'anak muda banget'.
Bagaimana supaya kedai kopi lokal tak seperti Starbucks di AS?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua umum Dewan Kopi Indonesia (Dekopi) Anton Apriyantono menjelaskan penjual kopi harus memiliki inovasi yang baik. Pasalnya saat ini prospek kopi di Indonesia masih sangat cerah.
"Prospeknya masih sangat bagus, karena penduduk Indonesia itu menyukai kopi. Jadi jangan khawatir karena masih sangat bagus," kata Anton saat dihubungi
detikFinance, Kamis (21/6/2018).
Menurut dia, penjual kopi juga harus memperhatikan cita rasa, harga dan pelayanan. Anton menyebut jika ketiga hal ini sudah dijalankan maka usaha kopi ini akan berjalan lancar meskipun ada banyak pesaing.
"Persaingan pasti ada dan memang ketat, tapi ketika kita sudah memiliki cita rasa, harga yang bersaing maka usaha bisa berjalan baik. Memang tergantung inovasi yang dilakukan," ujar dia.
Anton menambahkan, saat ini selain berdagang kopi, penjual juga harus melakukan edukasi konsumen terkait kopi lokal. Karena kopi lokal memiliki kualitas yang sangat baik dan tidak kalah dari kopi impor.
Jika menggunakan kopi lokal, maka bukan tidak mungkin untuk menekan biaya operasional sehingga harga jual bisa lebih murah. "Kopi lokal itu sangat bagus, sebagai warga Indonesia kita juga harus bangga mengonsumsi kopi lokal, banyak ragamnya kok di Indonesia," ujar dia.
Klik next untuk melanjutkan
Founder D'MC Coffee Mahatma Gandhi menjelaskan dalam bisnis kopi biasanya akan menghadapi kendala permodalan. Ini karena bank tidak mendukung bisnis ini. "Pertimbangannya mereka menilai bisnis ini adalah bisnis skala kecil dan marketnya susah," kata Gandhi saat dihubungi
detikFinance.
Kemudian masalah sumber daya manusia (SDM) dia menambahkan, saat ini SDM yang berpengalaman di bidang perkopian sangat minim dan barista merupakan tim yang utama, namun barista di Indonesia memang masih sedikit.
Biaya pengadaan SDM harus dibudgetkan sebaik mungkin. Karena SDM merupakan kunci selanjutnya. Selain itu sistem kasir juga harus ada anggaran sendiri, karena semua harus diawasi dari segi penjualan. "Jadi tanpa sistem yang bagus jangan harap bisnis ini akan bertahan. Cegah semua kebocoran, baik kebocoran pada penjualan maupun kebocoran bahan baku," imbuh dia.
Kemudian membuka gerai kopi awalnya memang sulit, karena ada dua fokus yang akan dikerjakan sekaligus. Yakni menjual produk gerai dan membangun brand. Ini pekerjaan yang dikerjakan secara bersamaan. "Nah ini bisnis cafe dan gaya hidup. Meskipun produk yang kita jual baik belum tentu pelanggan akan masuk ke tempat kita. Karena ada merek besar yang brand nya sudah tertanam di pikiran mereka," imbuh dia.
Menurut dia, harga murah bukan ukuran yang pas untuk membuat gerai kopi menjadi ramai. Saat ini gerai kopi memang sudah masuk ke kategori gaya hidup. Sehingga harga menjadi urutan kedua setelah customer memperoleh kenyamanan dan nikmatnya makanan dan minuman yang dijual.
Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Kopi Indonesia Mahatma Gandhi menjelaskan dalam membangun bisnis kopi juga harus memperhatikan lokasi, lokasi dan lokasi. Menurut dia lokasi yang tepat sangat menentukan usia usaha.
Karena dengan lokasi yang baik maka pekerjaan utama yakni membangun brand dan produk akan menjadi ringan. "Pekerjaan utama kita akan diringankan jika lokasi benar-benar strategis," imbuh dia.
Jika lokasi dan pelayanan sudah prima maka otomatis akan mendongkrak brand. Meskipun ini agak sulit untuk pemain baru agar bisa mengangkat brand dan produk dalam waktu singkat.
Menurut Gandhi dalam bisnis dibutuhkan persaingan. Positifnya dalam bisnis kopi sudah ada pesaing dengan merek besar. Hal ini memungkinkan pengusaha bisa dengan mudah dan bisa menjadi pemenang jika bisa masuk ke celah brand besar tersebut.
"Kalau harga kopi kita bisa lebih murah dan kualitas menyamai atau bahkan lebih baik dari mereka. Kita bisa mendapatkan pasar dari pecinta kopi itu." ujar dia.
Gandhi menabahkan, langkah awal untuk membangun bisnis apapun memang berawal dari keseriusan dan fokus. Selain itu kenyamanan tempat dan penampulan merupakan modal yany paling besar dalam investasi.
Karena biasanya biaya interior dan exterior hampir mendominasi permodalan selain dari biaya pengadaan mesin kopi.
Kini Gandhi sudah sukses membangun bisnis kedai kopi bernama D'MC sejak 5 tahun lalu. Saat itu pasar kopi masih dikuasai brand besar dan ada pendatang baru seperti Kopitiam.
"Waktu itu banyak gerai berlabel Kopitiam, kita hanya jadi penonton saat itu. Akhirnya D'MC lahir saat kita penonton karena fokus hanya menjual biji kopi dan kopi bubuk. Pertanyaanya saat itu di mana tempat kalau kita mau minum kopi lokal yang berkualitas?," kata dia.
Awalnya Gandhi sempat merasa takut dengan persaingan. Namun akhirnya pasar menerima produk D'MC yang fokus menjual kopi lokal yang berkualitas.
Halaman Selanjutnya
Halaman