-
Mobil pedesaan bakal diproduksi massal pada 2019 mendatang. Mobil ini dibuat untuk mendukung mekanisasi kegiatan usaha di desa, khususnya pertanian.
Dua investor lokal yang menggarap proyek mobil pedesaan, yaitu PT Kiat Inovasi Indonesia dan PT Velasto Indonesia (Astra Grup) rencananya akan memproduksi sekitar 15 ribu mobil pedesaan pada 2019.
Harga mobil pedesaan ini juga diharapkan terjangkau bagi pelaku usaha di pedesaan.
Selain itu, mobil desa diharapkan tidak hanya melayani pasar dalam negeri. Mobil buatan lokal ini juga disiapkan untuk diekspor ke negara lain.
Namun masih ada satu pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan, yakni regulasi. Untuk updatenya, simak berita selengkapnya.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto menyampaikan saat ini mobil desa sedang diuji coba beroperasi. Uji coba dilakukan di medan-medan yang sulit, mulai naik bukit hingga menyusuri kali.
"Itu sudah naik ke bukit-bukit, masuk ke kali dan sebagainya, karena kan enggak kepengin juga barang itu sampai di lapangan (bermasalah)," katanya kepada detikFinance, Jakarta, Selasa (3/7/2018).
Mobil 'ndeso' yang diproduksi melalui PT Kiat Mahesa Wintor Indonesia (KMWI) ini juga diuji coba untuk dicarikan solusi jika ternyata masih ditemukan kendala dalam operasinya.
"Nah itu ada solusi solusinya. Kan kalau di desa desa itu seperti apa. Nah kita tambahkan filter segala macam sehingga produk itu benar benar reliable (bisa diandalkan)," ujarnya.
Setelah uji coba, mobil desa diharapkan memiliki performa yang baik dan optimal dalam menunjang mekanisasi kegiatan usaha di desa.
Namun, secara teknis rencana produksi massal mobil desa tahun depan sudah hampir rampung. Hanya saja dia belum bisa memastikan kapan uji coba selesai.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto menjelaskan pihak yang bakal menggarap mobil desa sendiri mampu memproduksi 15.000 unit per tahun.
Saat ini ada 70 vendor yang siap mendukung bahan bakunya. Dengan demikian target tersebut bisa dilaksanakan. Tapi jumlah yang diproduksi nanti tetap tergantung kebutuhan pasar.
"Kan tergantung pasar. Mereka bisa expanded, supply chain-nya sudah ada semua di dalam negeri dari 70 vendor itu. Jadi kita tinggal menggunakan. Kalau butuhnya 20.000 setahun atau 50.000 setahun ya kita buat 50.000 setahun misalnya," kata dia.
"Kita sudah kumpulkan kurang lebih 70 lebih vendor lokal. Itu kan menggunakan bahan baku lokal semua, kemudian juga berpartisipasi termasuk IKM (Industri Kecil Menengah) yang bisa menjadi bagian daripada pengembangan," lanjutnya.
Perhitungannya, dengan target produksi sebanyak 15.000 unit per tahun, maka dalam sebulan bisa diproduksi sekitar 1.250 mobil.
"Per bulan dibagi aja. Jadi 15.000 (per tahun), ya kira kira 1.000 lebih lah per bulan, 1.200-an lah," sebutnya.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto ingin agar mobil desa yang diproduksi melalui PT Kiat Mahesa Wintor Indonesia (KMWI) ini bisa dibanderol Rp 60-70 juta.
"Ya kita berharap harganya terjangkau lah di bawah Rp 60-70 juta lah supaya itu bisa affordable (terjangkau) buat banyak orang. Makanya kita menggunakan komponen dalam negeri," katanya.
Sejauh ini, KMWI merespons positif keinginan Kemenperin agar mobil desa dijual di kisaran harga tersebut. Apalagi saat ini ada 70 vendor lokal yang siap membantu memasok apa yang dibutuhkan.
"Kita sudah kumpulkan kurang lebih 70 lebih vendor lokal. Itu kan menggunakan bahan baku lokal semua, kemudian juga berpartisipasi termasuk IKM (Industri Kecil Menengah) yang bisa menjadi bagian daripada pengembangan," ujarnya.
Dengan harga terjangkau diharapkan mobil desa mampu dibeli oleh pelaku usaha di pedesaan. Menurutnya, pelaku usaha di desa pun menunggu keberadaan mobil desa.
"Jadi mereka melihat bahwa dari desa itu angkut barang susah, melakukan proses di lapangan susah dan sebagainya. Dengan adanya ini, ini bisa menjadi salah satu alat yang bisa dimanfaatkan di pedesaan," terangnya.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto menilai negara tetangga hingga Afrika merupakan pasar potensial.
"Ya ekspor saya melihatnya misalnya Afrika, negara-negara ketiga itu ya. Mereka pasti perlu lah yang kayak gini. Saya rasa terbuka luas peluang ekspor," katanya.
Menurutnya negara-negara di Afrika berpotensi jadi pasar ekspor mobil desa, karena di sana ada kebutuhan.
"Saya sudah sampaikan kepada mereka (produsen mobil desa), ini tidak hanya untuk pasar lokal, tapi bisa untuk ekspor. Misalnya kayak di Afrika kan mereka juga negara-negara agraris yang butuh sistem transportasi ataupun alat mekanisasi pertanian yang multiguna seperti ini," jelasnya.
Sementara untuk Asia Tenggara, yang berpotensi sebagai pasar misalnya seperti Myanmar dan Kamboja.
"Asia Tenggara ada lah, kayak Myanmar, Kamboja gitu kan," sebutnya.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto menjelaskan Kemenperin sedang mengakselerasi regulasi mobil pedesaan bersama Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
"Memang dari sisi regulasi kita sedang mencoba untuk mengakselerasi lah dengan teman-teman Perhubungan, bagaimana nih nanti regulasinya ke depan mengenai verifikasi dari kendaraan itu, uji emisi dan sebagainya," kata dia.
Regulasi ini pada intinya agar mobil pedesaan tidak dianggap ilegal saat beroperasi.
"Ya intinya di situ jadi kendaraan ini harus bisa, artinya ini kan dia pada akhirnya lari ke jalan juga, tidak hanya di pedesaan, mereka masuk pasar dan sebagainya. Itu kan harus ada satu pengaturan yang memadai, sehingga ini nggak jadi ilegal," lanjutnya.
"Jangan ke mana mana tapi nggak ada izin dan sebagainya. Dan kita berharap ini nggak jadi masalah. Itu lah yang kita coba selesaikan dengan teman teman di Perhubungan. Itu mungkin PR yang belum selesai," ujarnya.
Tapi dari sisi industrinya, dia memastikan sudah siap memproduksi di tahun depan. Jadi regulasinya harus siap tahun ini.