Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto mengatakan, GMF menggandeng mitra pabrik ban dari luar untuk merealisasikan proyek tersebut. Sebab, mereka yang memiliki teknologinya.
"Pabrik ban yang akan masuk joint venture tersebut mereka bawa teknologi. Kita punya work, punya pasarnya di Indonesia baik Garuda Grup maupun domestik airlines, kita punya karetnya, tapi teknologinya nggak punya," ujarnya di Garuda City Center Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (6/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Garuda Mau Bikin Pabrik Ban Pesawat Rp 7,5 T |
Sementara, untuk pembiayaannya akan memanfaatkan mitra dari China. Sebagaimana diketahui, China Comunication Construction Company (CCCC) menyanggupi pembiayaan sebesar US$ 500 juta untuk proyek ini dalam gelaran pertemuan IMF World Bank di Bali beberapa waktu lalu.
"Kemarin yang kita tandatangan strategic investor dengan China kita harapkan investment uangnya, modal kerjanya, akan disuplai dari strategic investor kita yang kita tandatangan di Bali," ungkapnya.
Jadi, dalam proyek vulkanisir ban ini ada tiga pihak yang terlibat yakni GMF yang memiliki pekerjaan, investor dari China, serta pabrik ban.
"Jadi kolaborasinya seperti ada treepartheid operator dalam hal ini GMF dan operator yang lain. Ada pabrik pembuatan ban, pabrik pembuatan ban bukan China, China investornya saja, pabrik ban kemungkinan bisa datang dari Eropa dan Amerika. Sekarang ini sedang proses penjajakan," jelasnya.
Direktur GMF Tazar Marta Kurniawan mengatakan, proyek ini akan berjalan tahun depan. "Insyallah tahun depan, kita jalankan. Ya di Indonesia," ujarnya.
Tazar masih enggan menyebut pabrik ban yang terlibat dalam proyek ini. Terkait pembiayaan dari China, dia mengatakan, akan digunakan sesuai kebutuhan.
"Itu sebenarnya China partner investasi, tapi sifatnya per project bukan strategis partner. Salah satunya project tire, mereka akan alokasikan sampai sekian, tapi kita pakai sesuai kebutuhan," tutupnya. (zlf/zlf)











































