Masrukhan (57), petani garam Desa Tanggul Tlare Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara mengatakan bahwa penurunan harga garan terjadi secara bertahap sejak 2018 lalu. Mulai dari harga Rp 100 ribu per tombong atau 80-100 kilogram, turun menjadi Rp 75 ribu dan saat ini anjlok hingga Rp 30 ribu per tombong.
"Di 2018 awal sempat mencapai Rp 100 ribu per tombong. Lalu turun sampai Rp 75 ribu, sampai kini terjun jadi Rp 30 ribu sampai Rp 35 ribu per tombong. Ya kalau se tombong itu isi 80 kilogram, dibagi saja dengan harganya. Jadi ya per kilogram sekitar Rp 375," ujarnya kepada wartawan, Senin (15/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di saat musim panen harga malah terus turun. Ini membuat petani garam resah," paparnya.
Noor Ikhsan, seorang petani garam lainnya juga mengaku, turunnya harga garam berdampak terhadap kualitas produksi.
"Males sih sebenarnya. Tapi bagaimana, daripada nganggur," ungkap warga Desa Sowan Lor, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara.
Petani garam lain, Sutamar, 65 tahun, berharap harga garam dapat sedikit terangkat. Paling tidak, harga per tombong bisa mencapai Rp 75 ribu hingga Rp 80 ribu. Sehingga, tenaga dan modal dari petani garam bisa sedikit dihargai.
Untuk saat ini, ia mengaku belum melepas garam yang dipanen. Lantaran, ia tidak setuju dengan harga yang dinilainya terlalu murah.
"Kalau sekarang saya belum jual, harganya masih tiga puluh ribu rupiah per tombong sih. Sementara masih saya simpan di gudang. Menunggu harganya stabil," tandas dia.