Untuk memuluskan rencana tersebut, PT Timah Tbk (TINS) bersama Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sepakat menjalin kerja sama pengelolaan uranium dan thorium dalam Produk samping hasil proses produksi logam tanah jarang pada penerapan industri.
Kerja sama itu ditandatangani oleh Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Trenggono Sutioso dan Kepala PT BGN Yarianto Sugeng Budi Susilo, Jumat (2/8/2019) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Timah Siapkan Belanja Modal Rp 2,58 T |
Riza menilai bahwa industri ini merupakan industri masa depan dan sudah seharusnya Indonesia memanfaatkan dan memaksimalkan potensi dan berkah yang luar biasa tersebut.
Menurut Riza, pihaknya juga siap bekerja sama dengan BATAN dalam proyek-proyek strategis khususnya yang berkaitan dalam pengolahan bahan-bahan tersebut.
"Kami yakin BATAN sudah sangat expert dan leading dalam hal teknologi ini. Kita harapkan kerja sama-kerja sama yang telah dilakukan dapat menciptakan energi murah dan ramah lingkungan di Indonesia, dengan pemanfaatan mineral-mineral tadi," ujar Riza.
Riza juga mengungkapkan bahwa bahan baku yang dimiliki TINS cukup banyak mengingat sejarah penambangan timah yang dilakukan sudah berlangsung cukup lama.
"Bisa dibayangkan jika sejarah penambangan timah di Bangka Belitung sudah ratusan tahun, sementara pemanfaatan monasit belum pernah dilakukan," papar Riza.
Lewat kerja sama ini BATAN berencana menyelaraskan rencana strategis (renstra) dalam pengolahan monasit. Saat ini BATAN sudah melakukan penelitian tentang monasit, membuat ReOH, termasuk pemanfaatan logam tanah jarang.
"Di dalam monasit banyak mengandung bahan mineral selain logam tanah jarang yang luar biasa kegunaannya. Juga juga ada uranium, thorium dan zirkonium yang sangat penting dalam industri nuklir," ujar Kepala BATAN Anhar Riza Antariksawan dalam kesempatan yang sama.
(dna/zlf)