Sementara, tuntutan kedua yang diajukan ratusan anggota APTI Jabar kepada pemerintah khususnya kepada Presiden dan Kementrian keuangan adalah direvisinya PMK No. 222/ PMK.07/2017 tentang Penggunaan, pemanfaatan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT).
Dalam peraturan tersebut disebutkan penggunaan DBHCHT pengalokasiannya minimal 50 persen untuk kesehatan.
"Kami meminta peraturan itu direvisi. Harusnya bukan minimal 50 persen untuk kesehatan melainkan maksimal 50 persen untuk kesehatan. Jika minimal 50 persen untuk kesehatan, bisa jadi keseluruhan dana DBHCHT untuk kesehatan. Padahal masih banyak sektor lain yang harus menerima pemanfaatan dana DBHCHT. Karena itu kami minta direvisi, bukan minimal 50 persen untuk kesehatan tapi maksimal 50 persen untuk kesehatan. Selebihnnya untuk bidang lain yang juga bermanfaat untuk pembangunan masyarakat dan daerah penerima dan bagi hasil cukai dan tembakau," papar Suryana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak APTI Jawa Barat menurut Suryana, meminta sektor lain selain kesehatan juga menjadi prioritas dari pemanfaatan DBH CHT tersebut.
"Kami berharap, pemerintah khususnya kementrian keuangan mendengarkan aspirasi kami sebagai rakyat sekaligus stake holder dari industri rokok dan tembakau di tanah air," tutur dia.
Karena itu pihaknya berharap pemerintah baik Presiden maupun kementrian keuangan dapat mengabulkan permintaan atau tuntutan mereka.
"Harapan kami, pemerintah dalam membuat dan menerapkan kebijakan dan peraturan, pemerintah harus berlaku adil. Bukan hanya untuk satu kelompok saja, tapi juga untuk kelompok kelompok lain. Karena pemerintah itu harus melindungi seluruh kelompok, segenap rakyat Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia," tegas Suryana.
Menurut Suryana, apa yang dilakukan organisasinya ini atas sepengetahuan dan berdasarkan kordinasi organisasi induknya, yakni APTI tingkat pusat.
Karena itu, jika pemerintah baik Presiden maupun kementrian keuangan tidak mengabulkan tuntutannya, maka akan ada aksi aksi susulan lainnya yang dilakukan oleh organisasi sejenis dari setiap daerah dan puncaknya akan ada aksi yang berskala nasional. (dna/dna)