Dia menjelaskan pemerintah China memberikan tax rebate untuk ekspor baja paduan (boron) sebesar 18%. Tax rebate adalah kebijakan pemotongan pajak. Otomatis harga baja China menjadi kompetitif.
"Di sana disiasati. Kan ada dua baja, baja karbon dan baja boron. Kalau untuk menyiasati ini, penyiasatan itu ditambah satu tetes boron, akhirnya baja karbon itu menjadi baja paduan," kata dia saat dihubungi detikcom, Kamis (19/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi secara penggunaanya itu dia masih tetap baja karbon. Nah itu yang kita namakan penyiasatan. Dia sebenarnya masih baja karbon tapi ditetes sedikit saja definisinya berubah. Apa yang diuntungkan oleh produk China, dia dapat 18% tax rebate di sana," jelasnya.
Tak sampai di situ, karena statusnya adalah baja boron maka produk tersebut mendapat keringanan bea masuk 0% begitu masuk ke Indonesia. Dia menjelaskan bahwa ada dua jenis baja, yaitu baja karbon dengan bea masuk 5%-15%, dan baja paduan dengan bea masuk 0%.
"Jadi dia pindah HS, HS itu akan mempengaruhi bea masuk impor. Kalau dia baja karbon tarif impornya sekitar 5 sampai 15%. Tapi kalau baja paduan itu nol (bea masuknya)," sebutnya.
Melalui apa yang dia sebut sebagai penyiasatan maka baja impor dari China menjadi lebih murah 18-33%.
"Mempunyai potensi untuk menawarkan harga 18%-33% lebih murah tergantung produknya," tambahnya.
(toy/ang)