Bank Indonesia (BI) mencatat industri pengolahan mengalami penurunan kinerja dalam pada kuartal II 2020. Industri tekstil menjadi salah satu sektor yang terhantam paling dalam.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menjelaskan dalam Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia tercatat 28,55% turun dibandingkan periode kuartal I-2020 45,64%.
Lalu, bagaimana kenyataannya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa sendiri mengatakan kondisi industri tekstil saat ini terpukul karena permintaan dari pasar yang berkurang. Baik pasar lokal dan ekspor menurutnya terganggu.
"Kuartal ke II memang yang terdalam, sepertinya bukan TPT saja. Industri tekstil masalah utamanya adalah market lokal & ekspor terganggu," jelas Jemmy lewat pesan singkat kepada detikcom, Senin (13/7/2020).
Dia mencontohkan, di pasar lokal saja, beberapa pusat grosir besar dan mal-mal terpaksa ditutup demi menekan penyebaran Corona. Permintaan turun, produksi pun ikut turun.
"Sentra grosir ditutup, contoh Tanah Abang atau shopping mal ditutup lama dan baru dibuka," ujar Jemmy.
Tapi Jemmy mengaku optimis industri tekstil akan lebih baik di kuartal IV. Dia mengatakan pabrik tekstil sudah mulai operasi setengah normal di bulan Agustus. Sementara itu, permintaan dinilai akan menanjak perlahan, apalagi setelah pembeli luar negeri mulai menambah permintaan.
"Mudah-mudahan di awal Agustus yang beroperasi sudah bisa di kisaran 50%, tanda-tanda ke arah yang lebih baik sudah ada. Kemudian, untuk ekspor juga sama, buyer baru mulai buka, mudah-mudahan Kuartal ke IV bisa lebih baik," jelas Jemmy.
(dna/dna)