Produsen mobil terbesar dunia, Volkswagen (VW) melihat belum perlu menerapkan 4 hari kerja seminggu di pabriknya seperti yang diusulkan serikat buruh. Meskipun, telah terjadi banyak peralihan ke mobil listrik yang lebih mudah dibuat dan membutuhkan lebih sedikit pekerja.
Sebelumnya pada 15 Agustus, serikat buruh terbesar Jerman, IG Metall mengusulkan negosiasi untuk transisi ke empat hari seminggu di seluruh industri untuk membantu mengamankan pekerjaan, dengan alasan kejatuhan ekonomi dari krisis virus Corona dan perubahan struktural di sektor otomotif.
Namun, Kepala Tenaga Kerja VW, Bernd Osterloh mengatakan rencana pemotongan biaya termasuk pengurangan tenaga kerja hingga 7.000 melalui pensiun dini staf administrasi di markas Wolfsburg, sudah cukup untuk membantunya mengatasi krisis virus Corona dan masalah lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini kami tidak sedang membicarakan tentang pekerjaan yang lebih sedikit. (Satu) minggu empat hari bukanlah masalah bagi kami," kata Osterloh dikutip Reuters, Minggu (6/9/2020).
Permintaan IG Metall, yang mewakili 2,3 juta karyawan di sektor pengerjaan logam dan kelistrikan, berpotensi signifikan di Jerman karena mereka sering menetapkan tolak ukur untuk negosiasi upah di industri tersebut.
VW pada 2016 menetapkan program pengurangan biaya yang dijuluki Pakta Masa Depan, tetapi perusahaan telah mengesampingkan pemberhentian wajib hingga 2025.
Osterloh menyebut bahwa VW tidak memerlukan pemotongan biaya yang lebih dalam untuk melawan efek COVID-19, yang memberikan pukulan telak bagi penjualan mobil.
(dna/dna)