Jakarta -
Vaksin Corona dari beberapa perusahaan akan dikirimkan mulai November 2020 mendatang. Vaksin itu merupakan produksi dari Sinovac, G42/Sinopharm dan CanSino Biologics.
Dikutip dari keterangan resmi Kemenko Marves, Senin (12/10/2020), Sinovac akan mengirim 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) pada minggu pertama November dan 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) lagi pada minggu pertama Desember 2020, ditambah 15 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk.
Lalu, G42/Sinopharm akan mengirim 15 juta dosis vaksin (dual dose) tahun ini, di mana 5 juta dosis akan mulai datang pada bulan November 2020.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, CanSino akan mengirim 100.000 dosis vaksin (single dose) pada bulan November 2020, dan sekitar 15-20 juta untuk tahun 2021. Single dose artinya satu orang hanya membutuhkan 1 dosis vaksinasi, sementara dual dose membutuhkan 2 kali vaksinasi untuk satu orang.
Distribusi itu merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, dan Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir ke China pada Sabtu, 10 Oktober 2020 lalu untuk finalisasi pembelian vaksin Corona baik dari CanSino, Sinovac, juga G42/Sinopharm.
Vaksin dari ketiga perusahaan tersebut sudah masuk pada tahap akhir uji klinis tahap ke-3 dan dalam proses mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) di sejumlah negara.
CanSino melakukan uji klinis tahap ke-3 di China, Arab Saudi, Rusia dan Pakistan. G42/Sinopharm melakukan uji klinis tahap ke-3 di Tiongkok, Uni Emirat Arab (UEA), Peru, Moroko dan Argentina. Sementara itu, Sinovac melakukan uji klinis tahap ke-3 di China, Indonesia, Brazil, Turki, Banglades, dan Chile. Emergency Use Authorization dari Pemerintah Tiongkok telah diperoleh ketiga perusahaan tersebut pada bulan Juli 2020. Pemerintah UAE ikut memberikan Emergency Use Authorization kepada G42/Sinopharm.
Penerima PrioritasPemerintah menyatakan vaksin diprioritaskan untuk mereka yang memiliki kerentanan penularan yang tinggi dan memiliki fungsi penting dalam melakukan pelayanan publik dan berperan strategis Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, untuk penerima vaksin, pemerintah sudah menentukan mereka yang dianggap berhak seperti tim medis dan aparat yang bertugas dalam penanganan wabah COVID-19.
"Kemudian sasaran penerima vaksin, pemerintah merencanakan penerima vaksin itu ada di garda terdepan itu sekitar paramedis, TNI, Polri, aparat hukum, dan pelayanan publik 3,4 juta (orang), butuhnya (vaksin) 6,9 juta (dosis)," terangnya dalam konferensi pers virtual, Senin (12/10/2020).
Selain itu pemerintah juga sudah menentukan untuk penerima vaksin di kalangan masyarakat. Termasuk para tokoh masyarakat, mulai dari tokoh agama, hingga ketua RT. Jumlahnya mencapai 5,6 juta orang dengan kebutuhan vaksin 11,24 juta dosis.
"Kemudian masyarakat, tokoh agama, daerah, kecamatan, RT/RW itu 5,6 (juta orang), (kebutuhan) 11 juta," terangnya.
Selain itu pemerintah juga menentukan tokoh pendidik sebagai penerima vaksin. Mulai dari pendidik di perguruan tinggi hingga guru PAUD. Jumlahnya 4,3 juta orang dengan kebutuhan vaksin 8,7 juta dosis.
Selain itu aparatur negara dari pemerintah pusat, daerah hingga legislatif juga masuk dalam daftar penerima vaksin. Jumlahnya 2,3 juta orang dengan kebutuhan vaksin 4,6 juta dosis.
Penerima bantuan iuran BPJS Kesehatan juga diikutsertakan sebanyak 86,6 juta orang dengan kebutuhan vaksin 173,2 juta dosis. Dengan begitu totalnya mencapai 102,4 juta orang dengan kebutuhan vaksin 204,8 juta dosis.
Selain itu untuk masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya yang usianya antara 19 sampai 59 tahun jumlahnya mencapai 57,54 juta orang dengan kebutuhan vaksin 115 juta dosis. Dengan demikian total 160 juta orang dengan kebutuhan vaksin 320 juta dosis.
Untuk 2021, menurut Airlangga kebutuhan vaksin sudah diamankan untuk 135 juta orang dengan ketersediaan pasokan vaksin sekitar 270 juta untuk 2021. Sisanya akan dipergunakan di 2022.