Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito menerangkan penyebab efikasi vaksin virus Corona (COVID-19) dari Sinovac berbeda-beda di sejumlah negara.
Di Indonesia, efikasi vaksin Sinovac ialah sebesar 65,35%. Di Brasil, efikasinya berubah-ubah dari 78%, kini menjadi 50,4%. Kemudian, di Turki mencapai 91,25%.
Menurut Penny, ekosistem strategis masing-masing tempat uji klinis vaksin Sinovac di masing-masing negara berbeda. Kemudian, vaksin Sinovac juga diujicoba pada subjek yang berbeda-beda di setiap negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang berbeda suasana ekosistem strategisnya masing-masing tempat di mana uji klinis dilakukan sangat berbeda. Contohnya untuk subjek uji klinis di Brasil itu terdiri dari semua tenaga kesehatan (nakes). Di Turki 20% nakes, 80% adalah pekerja risiko tinggi, supir taksi, pedagang di pasar. Sementara di Indonesia betul-betul dibuka untuk umum," Kata Penny dalam webinar Ikatan Alumni ITB, Sabtu (16/1/2021).
Hal itu ternyata berdampak pada hasil efikasi vaksin Sinovac di setiap negara. "Jadi merefleksikan kondisi masyarakat secara umum. Nah itu akan sangat berbeda impact-nya ke efikasi yang ada," ungkap Penny.
Ia mengatakan, faktor kedisiplinan subjek juga sangatlah berpengaruh. Begitu juga dengan tingkat kasus COVID-19 di setiap negara.
"Kaitannya juga dengan risiko penularan. Kalau misalnya setelah divaksin, tapi tinggal di rumah, ketat memakai masker, itu betul-betul akan terlindungi. Selain terlindungi oleh vaksinnya, juga terlindungi oleh masker. Nah ini budaya menerapkan protokol juga berbeda. Dan juga situasi pandeminya berbeda. Di Brasil sangat tinggi, di Turki medium," tutur Penny.
Ia menerangkan, sebenarnya efikasi vaksin Corona bukanlah satu-satunya parameter untuk untuk vaksinasi. Namun, efikasi memang membantu suatu negara menentukan jumlah cakupan untuk vaksinasi.
"Efikasi itu adalah semacam estimate dikaitkan dengan khasiat atau efektivitas obat. Jadi parameter estimate dalam situasi yang terkontrol. Jadi efikasi bukan satu-satunya alat dalam memilih vaksin (seperti Sinovac) yang akan di procure. Tapi efikasi akan bisa digunakan dalam satu rumusan menghitung berapa jumlah cakupan vaksinasi yang harus dilakukan di satu negara. Tapi efikasi tidak menunjukkan aspek tunggal yang dikaitkan dengan perlindungan atau efektivitasnya dari suatu vaksin, karena itu banyak faktor lain yang menentukan," tutup Penny.