Tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi salah satu industri yang babak belur dihajar pandemi virus Corona (COVID-19), bahkan bisa dikatakan sekarat. Bagaimana kondisinya saat ini?
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja memaparkan bahwa dampak pandemi terasa di kuartal I dan II 2020.
"Tekstil ini di Q1 dan Q2 2020 termasuk sektor yang cukup tertekan. Jadi, utilisasinya turun jauh, boleh dikatakan roda ekonomi tekstil itu terhenti, sentra-sentra grosir itu di Jakarta, contohnya di Tanah Abang atau di daerah itu tutup pada waktu bulan Maret-April sampai Mei," kata dia dalam webinar, Rabu (10/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada kuartal I 2020, utilisasi industri TPT sebesar 65% dan pertumbuhan industri tersebut secara tahunan (year on year) -0,4%. Pada kuartal II, utilisasi anjlok ke level 30% dan pertumbuhan industrinya -8,6%.
"Tapi seiring dengan mulai dibukanya lagi (kegiatan) di Q3 dan Q4 perkembangannya, perbaikannya cukup menggembirakan. Jadi bisa dilihat juga utilisasi kembali menaik," sebutnya.
Tingkat utilisasi pada kuartal III sebesar 50% dan merangkak naik di kuartal IV menjadi 70%. Tapi pertumbuhan industri tersebut secara tahunan masih minus, yaitu masing-masing -19,8% dan 6,1%.
Tenaga kerja yang pada kuartal I dan II 2020 dirumahkan pun mulai dipekerjakan kembali. Namun, pada kuartal I 2021, utilisasi industri TPT kembali turun. Itu disebabkan adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
"Di Q1 2021 memang terjadi perlambatan kembali karena mungkin terjadi PPKM atau PPKM mikro. Tapi saya yakin setelah vaksinasi ini berlanjut, pemulihan di Q2 ini akan terjadi untuk industri tekstil," tambahnya.
(toy/dna)