75 Tahun Merdeka, RI Masih Impor Garam

75 Tahun Merdeka, RI Masih Impor Garam

Soraya Novika - detikFinance
Jumat, 19 Mar 2021 20:30 WIB
Polisi geledah pengimpor garam
Foto: Mei Amelia
Jakarta -

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi blak-blakan seputar alasan kenapa Indonesia yang sudah merdeka 75 tahun tapi masih impor garam. Padahal negara ini adalah negara kepulauan yang seharusnya bisa mengadakan swasembada garam.

Menurut Lutfi, garam yang diimpor RI adalah untuk memenuhi kebutuhan industri bukan untuk konsumsi. Alasan industri lebih memilih garam impor karena kualitas garam produk dalam negeri belum mampu mengikuti standar kebutuhan industri.

"Garam kita dikerjakan oleh PN (PT) Garam dan oleh petani. Garam rakyat ini belum bisa menyamai kualitas untuk garam industri tersebut," ujar Lutfi dalam konferensi pers virtual, Jumat (19/3/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lutfi pun menceritakan sedikit awal mula industri mulai beralih ke garam industri. Salah satu industri yang membutuhkan garam industri impor adalah para produsen mie instan. Menurutnya, bila mie instan diolah menggunakan garam rakyat, mie tersebut bisa hancur.

"Saya ceritakan sedikit, ada masalah-masalahnya di masa lampau kalau Anda tau mie instan itu kan harganya kira-kira Rp 2.500 nah itu di dalam Rp 2.500 itu harga garamnya, ongkos untuk garamnya itu Rp 2 tetapi kalau garamnya tidak sesuai spek untuk industri garam yang Rp 2 itu bisa menghancurkan mie instan yang Rp 2.500 itu. Inilah yang sekarang menjadi permasalahannya," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

"Garam boleh sama asinnya, tetapi kualitasnya berbeda," tambahnya.

Namun, Lutfi tak bisa menerangkan lebih lanjut, kenapa industri dalam negeri belum bisa meningkatkan kualitas garamnya agar bisa dipakai menyamai kualitas garam impor.

"Nah sekarang apa yang mesti kita kerjakan untuk bisa swasembada bukan jumlahnya saja yang mesti kita penuhi, tetapi juga kualitasnya. Nah ini yang sebenarnya mestinya industri nasional itu bisa melihat opportunity atau kesempatan untuk memperbaiki daripada struktur daripada industri garam nasional. Tetapi balik ya, ini kan urusan saya di perdagangan kan, bukan di perindustrian, jadi kalau boleh, karena ini urusannya industri tanya ke pak Agus Gumiwang," timpalnya.




(dna/dna)

Hide Ads