Tips Biar Nggak Tertipu Tes Antigen Bekas Seperti di Kualanamu

Tips Biar Nggak Tertipu Tes Antigen Bekas Seperti di Kualanamu

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Minggu, 16 Mei 2021 16:26 WIB
Alat Test Antigen
Foto: Alat test antigen yang masih rapi tersegel (istimewa)
Jakarta -

Terbongkarnya penggunaan alat tes antigen bekas di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara memberikan pelajaran penting bagi masyarakat. Dari kasus ini, masyarakat kini harus waspada saat tes antigen, artinya masyarakat juga harus memastikan alat yang dipakai layak untuk digunakan.

Direktur Utama PT Joy Indo Medika, Ni Kadek Asmiari mengungkapkan, pasien bisa turut mengawasi sendiri alat tes ini sebelum digunakan untuk 'mencolok' hidung mereka.

Kadek pun membagikan sejumlah tips agar terhindar dari risiko penggunaan alat rapid test antigen daur ulang atau bekas. Pertama dengan mengecek label pada kemasan alat tes yang berisi informasi izin edar resmi dari intansi terkait.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biasanya kalau memang fair, klinik itu kasih lihat ko box 'Oh ini sudah ada izin edar, sudah ditempelin stiker atau ter-print sendiri'," kepada detikcom.

Kedua, tambah Kadek, masyarakat juga bisa memastikan kualitas alat tersebut saat membuka segelnya. Pasien harus memastikan langsung bahwa segel pada kemasan alat test masih dalam kondisi baik. Dengan demikian, masyarakat juga turut memantau jalannya tes antigen tersebut.

ADVERTISEMENT

"Kalau alat daur ulang, itu sangat mudah diketahui. Serapih-rapihnya dikemas ulang, dia nggak akan rapih. Kalau yang baru itu dia kemasannya segel pabrik. Kalau dia kemas ulang pasti kelihatan, entah itu direkatkan lagi dengan selotip di ujung kemasannya atau yang lain. Yang jelas itu nggak akan rapih," tuturnya.

Dia melanjutkan, untuk pengawasan ini, memang butuh peran serta dari masyarakat. Karena bila masyarakat tak turun berperan aktif pada alat tes yang digunakannya, maka kejadian alat test daur ulang ini sangat mungkin terjadi di tempat lain.

"Yang di Kualanamu itu, dibuka segelnya di depan kita kok. Kan itu juga kecolongan juga, artinya dari pasiennya sendiri juga nggak lihat. Makanya sama-sama, artinya kalau mengawal jalannya ini, ya sama-sama dilihatin juga. Jadi benar-benar kemasannya harus utuh dan steril," ungkapnya.

Menurutnya, dengan masyarakat turut mengawal maka tindakan curang bisa diantisipasi. Dia sendiri juga berpandangan, di kasus antigen bekas di Bandara Kualanamu ada orang yang protes terkait aktivitas tes tersebut.

"Iya, pertama pencegahannya dengan pasiennya sendiri ibaratnya dibantu di kawal, dilihatin.Jangan di kasih kesempatan, tapi kalau kitanya ketat ngelihatin dan ngawasin kan nggak bisa," katanya.

Terbongkarnya kasus alat test antigen daur ulang ini terbongkar berkat upaya aparat yang menyamar menjadi pasien untuk diperiksa oleh petugas kesehatan di Bandara Kualanamu. Penyamaran aparat ini dilakukan menyusul adanya laporan dari masyarakat yang curiga karena dalam sepekan terakhir hasil test para pasien selalu positif Corona.

Setelah ditelusuri akhirnya terungkap bahwa alat tes yang digunakan rupanya alat bekas alias alat daur ulang. Itu terungkap dari pengakuan para petugas kesehatan yang bertanggungjawab di sana.

"Apalagi kejadian yang di Kualanamu berdasarkan keterangan tersangka kan dia bilang di (alat antigen bekas) daur ulang dengan cara di bersihkan dengan alkohol 75% dan dikemas kembali, walaupun dikemas lagi nggak bisa kembali seperti semula kemasannya. Tersangkanya kan bilang ada tanda dari isolasinya itu stiknya di swabnya," kata dia.

Bagi PT Joy Indo Medika sebagai principle dan distributor resmi alat kesehatan termasuk alat rapid test antigen dengan merek dagang Cov Test, lanjut Kadek, keamanan kondisi alat tes memang menjadi perhatian serius dan utama.

Ini lanjut dia, dilakukan sebagai memberikan jaminan memperoleh alat rapid test antigen dengan kualitas terbaik bagi masyarakat. Pastikan juga memilih alat test Yang sudah ada hasil uji lab klinisnya dan sesuai anjuran kemenkes dan WHO, Bukan hanya itu, PT Joy Indo Medika juga ingin memastikan bahwa alat test yang didistribusikannya tiba ke tangan masyarakat dalam kondisi yang baik hingga bisa menghasilkan pemeriksaan yang akurat.

"Kami perhatikan itu dari mulai datang sampai alat didistribusikan. Antigen ini juga cara penggunaanya mesti bener, terus penyimpanannya juga dengan suhu yang disarankan 4 sampai 30 derajat celcius. Kalau lewat dari itu ya ibaratnya bisa dibilang sebagus apapun, tidak mengikuti aturan itu, pasti juga akan berpengaruh karna sangat sensitif sekali itu stabilitas suhu penyimpanan" tandas dia.

(acd/dna)

Hide Ads