Pendangkalan yang terjadi pada Sungai Musi menjadi kendala operasional bagi PT Pupuk Indonesia (Persero). Sebab, pendangkalan tersebut membuat Pupuk Indonesia lewat anak perusahannya PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang kesulitan mendistribukan produknya.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman menjelaskan, lokasi Pusri dan bibir pantai berjarak 100 km. Menurutnya, jika terjadi pendangkalan maka akan sulit mengeluarkan produk karena kapal-kapal sulit lewat.
"Kalau Sungai Musi ini tidak terpelihara dengan baik dan adanya pendangkalan, tentunya kapal-kapal tidak bisa lewat pada ujungnya kami tidak bisa mengeluarkan produk," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI, Kamis (24/6/2021).
Dia menyebut, pendangkalan terjadi pada 5 titik. Dia bilang, pihaknya telah berkomunikasi dengan gubernur terkait pendangkalan tersebut.
"Pendangkalan ini dulu bicara kami bicara gubernur ini adalah dananya ini anggaran pemerintah, bukan anggaran provinsi. Sehingga terkendala tidak bisa provinsi melakukan pendalaman sungainya. Dananya, karena dana pemerintah, jadi dana pusat," ujarnya
"Tapi kami sudah berkomunikasi terus dari Dirut Pusri melakukan komunikasi dan kami harapkan memang kalau bisa memang dijaga Sungai Musi, karena ini juga bukan hanya terhadap kami saja, tapi juga banyak bisnis lain yang terkendala apabila Sungai Musi ini makin lama makin dangkal," terangnya.
Dalam bahan paparannya, laju pendangkalan sekitar 0,6 meter per tahun. Kedalaman pada saat surut sekitar 4 meter. Lalu, pada saat pasang mencapai 6-7 meter di mana dibutuhkan waktu 4-5 jam agar pasang mencapai Pelabuhan Pusri.
Pengapalan urea hanya sekitar 6.000-7.000 ton per hari dari kebutuhan 11.000 ton per hari. Kapal yang bisa masuk saat ini kapasitas 6.000-8.000 DWT jauh dari kebutuhan ideal.
Anggota Komisi VI Fraksi Gerindra Andre Rosiade meminta agar pengerukan Sungai Musi menjadi kesimpulan rapat. Sebab, jika tidak dikeruk maka proyek revitalisasi pabrik akan menjadi tidak maksimal.
"Ini ada kondisi alur Sungai Musi, saya minta dalam rapat ini kita bisa membuat masukan dalam kesimpulan kondisi alur Sungai Musi harus dipastikan ada pengerukan karena ada pendangkalan. Untuk apa kita bangun pabrik besar-besar dengan investasi luar biasa US$ 600 juta lebih tapi ternyata pabrik itu tidak maksimal bekerja, karena memang karena data yang kita terima sehari itu kapasitas yang dibutuhkan pengangkutan 11.000 ton, tapi faktanya 6.000-7.000 ton, dan itu menunggu air pasang dulu," paparnya.
(acd/eds)