Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemeperin) Gati Wibawaningsih mengungkap, kontribusi Industri Kecil dan Menengah (IKM) terhadap perekonomian nasional dan daerah sangat besar.
Ia merinci, sumbangan sektor ini ke seluruh industri bahkan mencapai 99,7%. Di sisi lain kontribusi industri besar hanya 0,23 persen saja.
"IKM ini kontribusinya sangat besar sekitar 99,7% industri itu adalah industri kecil dan menengah," kata Gati dalam FGD Peluang Pasar dalam Negeri, Senin (12/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut ia mengatakan, kontribusi IKM terhadap penyerapan tenaga kerja mencapai 66,25% atau 10,3 juta tenaga kerja. Bandingkan dengan industri besar yang kontribusi serapan tenaga kerjanya hanya di angka 33,75% atau sekitar 5,2 juta orang.
Adapun wilayah dengan perkembangan IKM yang cukup besar ada di Jawa Timur. Bahkan pada tahun 2020, sebagai contoh industri makanan minuman tumbuh sebesar 3,82%, dan industri kimia farmasi juga tumbuh 21,71%.
"Di sini makan minum masih menjadi bagian yang penting," ujar Kepala Dinas Perindag Provinsi Jawa timur Drajat Irawan.
Dia melanjutkan, distribusi PDRB Jawa Timur 2020 berasal dari industri pengolahan yakni makanan dan minuman sebesar 37,29%, sisanya 25,82% dari pengolahan tembakau, dan 8,16% berasal dari industri kimia, farmasi dan obat tradisional.
"Karena 37,29 persen Jawa Timur tuh dari industri makanan minuman, baru kemudian industri tembakau 25,82 persen, sehingga memang menjadi bagian penting dan menjadi prioritas," beber dia.
Meski punya peluang yang besar, namun pengembangan industri makanan dan minuman di Jawa Timur bukan perkara mudah. Tetap ada hambatan yang dihadapi pelaku usaha dan butuh dipecahkan bersama agar industri ini bisa tancap gas.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan, salah satu kendala terbesar adalah masalah angkutan logistik dan akses untuk mencapai pasar ekspor.
Oleh karena itu, diperlukan berbagai macam upaya efisiensi inovasi agar masalah terkait langkanya kontainer untuk logistik ekspor bisa ditangani dengan cepat.
"Nah inilah tantangan-tantangan kita sebagai pelaku Industri kecil menengah, termasuk juga industri menengah besar. Oleh sebab itu kita perlu melakukan berbagai macam upaya efisiensi inovasi agar kita bisa lolos dari krisis-krisis tersebut," sebut dia.
Pasokan Bahan Baku Aman?
Sementara, dari sisi pasokan bahan baku, lanjut Adhi, pelaku industri cenderung tak mengalami hambatan berarti. Terutama soal gula yang belakangan santer diberitakan mengalami kelangkaan.
"Sampai saat ini industri gula rafinasi sudah memenuhi dan punya jatah cukup untuk memenuhi permintaan dari industri termasuk industri di Jawa Timur. Maka dari itu, tadi saya sampaikan kalau ada kesulitan silakan saja karena kami juga selalu berkoordinasi juga dengan asosiasi gula rafinasi dan mereka sanggup untuk mensuplai itu. Kemudian mudah-mudahan nggak ada masalah lagi di Jatim itu terkait dengan gula," tegas dia.
Ia mengajak pelaku Industri tak khawatir dengan lahirnya aturan pemerintah dalam hal ini Permenperin 3/2021 terkait penyediaan gula rafinasi.
"Justru ini memang diprioritaskan oleh pemerintah dan setau kami semua izin kuota impor ini sudah diberikan oleh pemerintah dan semua sudah berjalan. Dan permenperin 3 itu memang mengisyaratkan memang industri termasuk industry kecil rumah tangga itu disuplai gula rafinasi," tegasnya.
(acd/dna)