Anak Perusahaan Sido Muncul, PT Semarang Herbal Indoplant (SHI) baru saja melakukan ekspor perdana 16 ton minyak atsiri nilam ke Prancis, Jumat (29/10). Adapun ekspor ini akan bertahap dilakukan hingga akhir November 2021 dengan total 61 ton minyak.
Direktur Marketing Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan sejak dulu, pihaknya memang telah mulai memproduksi minyak atsiri. Namun, ia mengatakan sebelumnya minyak atsiri masih dijual ke eksportir, dan hari ini menjadi langkah awal pihaknya untuk melakukan ekspor secara mandiri.
"Sejak puluhan tahun yang lalu, kami sudah mulai membuat penyulingan untuk minyak. Jadi kita beli bahan, kemudian diproses untuk ekstrak seperti Sari Kunyit, Tolak Angin, dan lain-lain. Nah, ampasnya itu kami proses untuk diambil minyaknya," ujarnya usai acara pelepasan Export Perdana Atsiri ke Perancis, Jumat (29/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya kami jual sendiri di dalam negeri atau biasanya kita jual ke pedagang eksportir minyak. Nah, ini pertama kali kita ekspor sendiri. Tentunya ini sebuah langkah awal dan kami akan terus melakukan ekspor (ke depannya)," lanjutnya.
Lebih lanjut Irwan menyampaikan kegiatan ekspor ini juga menjadi salah satu bentuk dukungan terhadap pemerintah. Mengingat pemerintah saat ini menganjurkan agar industri di Indonesia dapat mengolah bahan baku menjadi produk jadi sebelum dijual.
"Langkah ini sesuai dengan anjuran pemerintah semua harus diolah di dalam negeri supaya kita juga mendapat manfaat. Indonesia ini kan banyak sekali rempah-rempah sejak abad ke-17, tapi Indonesia selalu mengekspor bahan mentah. Kemudian, kami juga menyadari harus mengolah sebelum di-ekspor. Jadi mengolah itu adalah satu mata rantai yang bisa memberikan value kepada bangsa Indonesia. Maka dari itu, tahun 2010 kami membangun pabrik, yang sekarang namanya Semarang Herbal Indoplant (SHI)," katanya.
Irwan juga mengatakan memang sudah seharusnya Indonesia menjadi pengusaha manufaktur sehingga mendapatkan banyak manfaat. Bahkan, Irwan menyebut Indonesia bisa menjadi negeri hebat jika sektor manufaktur terus digenjot. Terlebih Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang dapat diolah menjadi produk bernilai.
"Kalau menurut saya, Indonesia itu bahan bakunya banyak, tapi pengolahnya nggak ada. Jadi, kita saking kayanya keenakan jual rempah-rempah dibanding menjual bahan jadi. Kita penghasil tanaman, rempah, ikan, dan lain-lain, cuma manufakturnya kurang," katanya.
"Sebenarnya Indonesia harus bisa mengolah (bahan baku) di negerinya sendiri. Kalau nggak diolah di negeri sendiri kita ini nggak dapet apa-apa. Orang lain yang bisa memproduksi itu yang (justru) mendapat keuntungan, sedangkan kita hanya menjadi petani, nelayan. Indonesia harus jadi manufaktur dong, pengusaha manufaktur harus ditumbuhkan di negeri ini. Saya nggak kebayang kalau negerinya kaya seperti ini, terus manufaktur banyak, (bahan baku) diproses sendiri, wah hebat bener negeri ini nanti," ungkapnya.
Oleh karena itu, Irwan pun berharap ke depan akan banyak industri manufaktur di Indonesia. Dengan demikian, Indonesia dapat tumbuh menjadi negara yang lebih baik.
"Sekarang ini kan pemerintah sedang menyiapkan infrastruktur, pabrik, jalan, supaya Indonesia jadi negeri yang bisa memproduksi hasilnya sendiri, diolah sendiri, kemudian baru dijual. Semoga nanti bisa segera terlaksana agar Indonesia menjadi lebih baik dan menumbuhkan lapangan kerja," pungkasnya.
(ega/hns)