Jakarta -
Presiden Joko Widodo (Jokowi) tegas dengan keinginannya tentang hilirisasi industri besar-besaran. Jokowi menegaskan, Indonesia akan terus berupaya menyetop ekspor bahan mentah (raw material).
Pada 2022, Jokowi berencana akan menyetop ekspor bauksit. Lalu pada tahun selanjutnya atau 2023, Jokowi juga berkeinginan untuk menyetop ekspor tembaga.
"Nikel pertama, sudah setop. Tahun depan mungkin bisa setop bauksit, kalau smelter kita siap (akan) setop bauksit. Tinggal kita bisa membuka lapangan kerja, hilirisasi industrialisasi di negara kita. Bauksit sudah, tahun depannya lagi setop tembaga karena smelter kita di Gresik sudah hampir selesai," kata Jokowi dalam acara Kompas CEO Forum 2021, Kamis (18/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan kebijakan larangan ekspor bahan mentah tersebut tidak lain agar Indonesia dapat merasakan nilai tambah. Jokowi mengatakan, saat ekspor bahan mentah khususnya nikel dihentikan, nilai barang bisa meningkat hingga 10 kali lipat.
Jokowi juga memperkirakan, karena Indonesia sudah mulai menyetop ekspor nikel dan diganti dengan produk barang seperti besi dan baja maka nilai tambah diprediksi menyentuh US$ 20 miliar pada akhir tahun 2021.
"Begitu bauksit juga sama, tembaga juga sama. Kenapa berpuluh-puluh tahun kita tidak lakukan ini? Sehingga neraca perdagangan kita baik, transaksi berjalan, (ekonomi) kita menjadi semakin baik," paparnya.
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi juga mengatakan, ini merupakan strategi besar negara sehingga para pengusaha jangan lagi mengeluhkan saat harga nikel baik namun tidak dapat melakukan ekspor. Yang menjadi fokus pemerintah yakni hilirisasi industri ini terjadi dan masing-masing bahan mentah dapat saling terintegrasi.
"Jangan ada yang 'Pak ini kita nggak bisa lagi ekspor nikel harganya pas baik,' iya tapi dalam strategi besar negara kita memerlukan ini. Kita tidak berbicara per perusahaan-perusahaan tapi yang lebih penting ini adalah bagaimana ini dilakukan hilirisasi industrialisasi," ujarnya.
"Tetapi yang lebih penting lagi bagaimana mengintegrasikan ini, nikel terintegrasi tembaga, tembaga terintegrasi dengan bauksit dan semuanya. Kalau terintegrasi, barang jadinya betul dari kita semua bahannya," tambahnya.
Selain membuka peluang nilai tambah, kebijakan setop ekspor bahan mentah pun akan memberikan dampak positif di mana banyak membuka lapangan pekerjaan baru. Sedangkan hubungan dengan negara lain masih tetap dapat dilakukan melalui jalur investasi dan lain-lain.
"Artinya kita harus optimis bahwa dengan menyetop ekspor raw material ini kita akan mendapatkan keuntungan yang lebih, membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Dan itu sekarang mulai disadari oleh negara-negara lain. Mereka mau tidak mau harus invest di Indonesia atau berpartner dengan kita. Pilihannya itu saja, silahkan kok mau invest sendiri bisa, mau dengan swasta silahkan, mau dengan BUMN silahkan, kita terbuka," pungkasnya.