Foxconn Mau Bangun Pabrik Baterai-Mobil Listrik Rp 114 T di Batang

Terpopuler Sepekan

Foxconn Mau Bangun Pabrik Baterai-Mobil Listrik Rp 114 T di Batang

Iffa Naila Safira Widyawati - detikFinance
Sabtu, 05 Feb 2022 14:45 WIB
Foxconn, Hon Hai Precision
Ilustrasi/Foto: Internet
Jakarta -

Perusahaan perakit iPhone dari Taiwan, yaitu Foxconn akan menjadi pemain baru dalam industri mobil listrik di Indonesia. Hal ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman perjanjian investasi pada awal Januari 2022 lalu.

Foxconn sebelumnya dikenal sebagai perusahaan perakit handphone iPhone. Perusahaan asal Taiwan ini resmi investasi di Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah. Foxconn akan berinvestasi dalam industri kendaraan listrik Tanah Air.

"Awal bulan kami sudah tandatangan MoU dengan Foxconn. Jadi Foxconn akan masuk di batang," kata Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (31/1) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kesempatan tersebut, Bahlil juga menyatakan jika Foxconn akan memperkaya ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Perusahaan itu akan membuat motor dan mobil listrik, juga komponen baterai kendaraan listrik.

Nantinya, Foxconn juga akan memindahkan sebagian volume pabrik sparepart telekomunikasi dari China ke Indonesia. Bahlil mengaku, untuk mencapai kesepakatan investasi ini tidak mudah dan butuh kerja keras.

ADVERTISEMENT

"Ini perintah Bapak Presiden katanya dari awal nggak jalan-jalan. Kami waktu itu datang ketahuan ada negara yang mungkin memprotes kehadiran saya di sana, tapi saya bilang selama tidak ada UUD yang melarang kita dagang, kenapa harus takut kepada negara tertentu," tegasnya.

Berdasarkan bahan paparan Bahlil, kerja sama Foxconn untuk membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia itu memiliki nilai investasi sebesar US$ 8 miliar atau setara Rp 114,57 triliun (kurs Rp 14.321).

"Foxconn: industri baterai listrik, industri kendaraan listrik (roda 4, roda 2, e-bus) dan industri pendukung (termasuk charging station, R&D dan training) US$ 8 miliar," demikian penjelasan paparan tersebut.

(eds/eds)

Hide Ads