Direktur Utama PT Len Industri (Persero) Bobby Rasyidin menemukan sejumlah masalah ketika ia mulai memimpin BUMN ini pada tahun 2020 lalu. Masalah yang ia temui di antaranya ialah identitas perusahaan tidak jelas karena tidak fokus pada bisnisnya.
"Jadi kan saya sudah malang melintang di beberapa perusahaan multi nasional itu jelas identitasnya. Kaya misalnya Alcatel identitasnya apa, kita adalah produsen alat-alat tekomunikasi, infrastruktur, infrastruktur telekomunikasi, jaringan telekomunikasi," katanya kepada detikcom seperti ditulis, Senin (4/7/2022).
Saat ia terjun ke Len Industri, ia menemukan perusahaan ini mengerjakan bermacam-macam bisnis. Bahkan, Len Industri kala itu mau masuk ke Pertashop.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertashop sendiri merupakan outlet penjualan Pertamina berskala tertentu yang dipersiapkan untuk melayani BBM non subsidi, LPG non subsidi dan produk Pertamina lainnya.
"Di Len ini identitas ketika saya landing itu blur. Karena terlalu banyak ngerjain macam-macam, mulai dari jaringan gas, mulai dari gardu listrik, kemudian mulai dari, sampai dulu pengin ngerjain Pertashop itu loh," katanya.
"Which is sebenarnya menurut saya identitas Len tidak di sana. Len itu identitasnya harusnya, namanya electronic company, jadi harusnya melekatnya di elektronikanya, hanya sistem komputasinya, harusnya kesistemannya. Inilah yang dalam satu setengah tahun ini saya benahi," sambungnya.
Lebih lanjut, Bobby menjelaskan, karena Len tidak fokus pada bisnisnya maka biaya produksinya tinggi. Hal itu menyebabkan kinerja keuangannya pun berat.
Bahkan, Bobby mengatakan, kinerja keuangan Len saat itu sesuai dengan kaidah keuangan yang normal.
"Di mana mungkin tingkat utang jauh lebih tinggi dari kemampuan kita membayar. Sehingga utang ini mau nggak mau kan kita lakukan restrukturisasi. Kita panjangin, kita negosiasi bunganya, tenornya kita panjangin, sehingga disesuaikan dengan kemampuan kita membayarnya," ungkapnya.
Lihat juga video 'Kapal Perang Andalan Rusia Ditenggelamkan Ukraina di Laut Hitam':