Tantangan-tantangan tersebut adalah, insentif untuk menutup selisih harga indeks pasar (HIP) BBM dengan HIP Biodiesel yang masih bergantung kepada pungutan dana ekspor. Tantangan lain adalah fluktuasi harga minyak sawit (CPO) dan minyak dunia, serta harga minyak bumi yang rendah dan harga CPO yang tinggi.
Hal ini menyebabkan disparitas HIP antara harga bahan bakar nabati (BBN) dan BBM membesar. "Beberapa bahan pendukung produksi Biodiesel masih bergantung impor," imbuh Dadan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, besarnya komponen teknologi yang berasal dari luar negeri, membuat tingkat inflasi bisa sangat mempengaruhi nilai investasi. Belum lagi, masih ada keterbatasan infrastruktur pada beberapa wilayah
Contohnya keterbatasan tangki penyimpanan pada titik serah terminal bahan bakar minyak (TBBM), fasilitas Jetty. Lalu, ketersediaan kapal yang memenuhi syarat pengangkutan fatty acid methyl esther/ester metil asam lemak atau FAME
Dadan juga menyatakan, diversifikasi bahan baku sebagai bahan produksi BBN pengganti solar (green diesel), masih memerlukan waktu untuk pengembangannya.
"Perlunya meningkatkan wawasan masyarakat, melalui sosialisasi terkait BBN terutama Biodiesel. Apalagi adanya kampanye negatif dari pasar luar yang menyebabkan kesulitan untuk mengekspor produk Biodiesel Indonesia," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan mengatakan, seiring dukungan kebijakan pemerintah, konsumsi biodiesel mempunyai tren positif dalam satu dasawarsa terakhir. Sedangkan produksi biodiesel mengalami pertumbuhan pesat dalam 16 tahun terakhir.
"Total kapasitas produksi terpasang mencapai 16,6 juta kiloliter sampai 2021," ujar Paulus.
Masih berdasarkan data Aprobi dalam dua tahun terakhir, penyaluran B30 berhasil mencapai 8,43 juta kiloliter di 2020. Kemudian mencapai 8,44 juta kiloliter sepanjang 2021.
Pada 2022, Paulus memperkirakan, alokasi penyaluran B30 bakal mencapai 10,15 juta kiloliter. Penggunaan minyak sawit untuk biodiesel ditaksir sebesar 15% dari total produksi sawit nasional yang mencapai 48,09 juta ton pada 2021.
Memasuki 2022, pemakaian minyak sawit untuk biodiesel diprediksi menjadi 17%. Sebagian besar konsumsi sawit di dalam negeri, digunakan untuk kebutuhan makan terutama minyak goreng.
"Biodiesel menjadi bagian untuk mempercepat program transisi energi nasional. Pengembangan energi berbasis sawit terus berjalan seperti biohidrokarbon. Dari pengembangan biohidrokarbon dapat menghasilkan gasoline dan bahan bakar pesawat terbang berbasis sawit," ujarnya.
Pemanfaatan biodiesel juga efektif meningkatkan serapan sawit domestik ketika terjadi pelemahan permintaan di pasar global. Paulus mengatakan, penggunaan biodiesel membantu peningkatan kesejahteraan petani, setelah adanya keseimbangan antara konsumsi dan ekspor.
Dampak positifnya, terjadi stabilitas harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit petani di dalam negeri. Bahkan, semenjak 2021 hingga Maret 2022, harga TBS petani rerata di atas Rp3.000/kg. "Tidak benar kalau dikatakan biodiesel menguntungkan korporasi. Di lapangan, program ini juga menopang kenaikan harga buah sawit petani," ujarnya
(hns/hns)