Ketua Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI) dan Anggota Dewan Pengarah dan Pertimbangan Persampahan Nasional Saut Marpaung menyoroti soal lobi industri air minum dalam kemasan (AMDK). Ia menyebut opini soal galon guna ulang yang ramah lingkungan tanpa informasi lengkap yang terus digaungkan dapat menyesatkan masyarakat.
"Fakta di lapangan, market leader ini penuh dengan problem sampah dan lingkungan. Dan fakta-fakta timbulan sampah plastik mereka, dialihkan kepada pesaing. Sikap dan opini greenwashing itu yang mereka gencarkan, terutama kini dalam merespon BPOM," kata Saut dikutip dalam keternagan tertulis, Rabu (14/9/2022).
"Penyesatan opini yang hanya menargetkan pesaing utama mereka sekarang ini, galon sekali pakai sebagai berpotensi menambah persoalan sampah, itu aneh, primitif. Tak bisa ditutupi adanya konflik kepentingan kalau bicara persoalan sampah plastik," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saut menegaskan penggiringan opini oleh lobi industri dapat merugikan seluruh pihak yang terlibat dalam rantai daur ulang sampah plastik. Ia meminta para pelaku industri untuk menyampaikan informasi dan edukasi yang utuh kepada masyarakat agar tidak menimbulkan sesat pemahaman.
"APSI yang ikut berpartisipasi menjaga lingkungan dengan cara daur ulang sampah plastik pasti dirugikan dengan pembelokan fakta ini. Jangan sampai karena kepentingan persaingan usaha, terus mengeluarkan pendapat yang menyesatkan masyarakat," papar Saut.
Ia merinci sampah plastik dari botol kemasan kecil tak punya nilai bagi industri daur ulang. Kemasan kecil itulah, kata dia, yang menjadi persoalan sampah sesungguhnya, karena berpotensi tercecer, sulit dipungut dan menambah timbulan sampah.
"Tak sesuai dengan Permen KLHK no 75 tahun 2019, mengenai peta pengurangan sampah dan usaha phasing out kemasan di bawah 1 liter," jelas Saut.
Saut mengungkapkan kekecewaannya pada kampanye negatif oleh lobi industri yang melakukan strategi greenwashing. Kampanye greenwashing ini dilakukan dengan cara menutupi kekurangan mereka seolah tak bersalah kepada masyarakat, dan sebaliknya membelokkan opini publik dengan melimpahkan dosanya sendiri ke pihak lain.
Perwakilan LSM Net Zero Waste Consortium Ahmad Safrudin menimpali kampanye greenwashing jika dilakukan terus menerus bisa dianggap jadi kebenaran.
"Lobi industri bisa dengan nyaman melindungi bisnis AMDK mereka yang tidak aman dan menyebabkan timbulan sampah tak pernah selesai, bukan cuma berceceran di jalan-jalan tapi juga menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)," cetus Ahmad.
Ia mengulas Indonesia memiliki reputasi buruk di mata dunia karena dicap sebagai salah satu polutan sampah plastik terbesar di dunia, karena sampah kemasan saset, gelas, sedotan dan botol plastik dibuang di darat, di sungai dan menyampah di laut.
"Lobi industri seolah merasa tak berdosa di sini, padahal itu semua produk mereka yang dibiarkan tanpa bertanggung jawab," tutur Ahmad.
"Kalau sekarang lobi industri bersikap seolah mereka jadi korban regulasi pemerintah, lalu menyalahkan pihak lain, itu artinya penyesatan opini masyarakat dengan sengaja. Dan itu jahat sekali," cecar Ahmad.
(ega/ega)